ORANG-orang jaman dulu, banyak membuat ungkapan cinta dan kesetiaan terhadap pasangan, “cintaku padamu, sehidup semati”. Jadi, cintanya habis sampai mati. Kisah cintanya selesai hanya saat di dunia saja, tidak memiliki orientasi ukhrawi.
Hal ini sangat berbeda dengan ungkapan cinta orang-orang beriman, “cintaku padamu, sehidup sesurga”. Ini memberikan makna, harapan untuk bahagia di dunia, dan bahagia di akhirat, bersama pasangan tercinta dan seluruh anggota keluarga. Di dunia bahagia, mendapatkan surga dunia baiti jannati. Di akhirat bahagia, mendapatkan surga Adn yang kekal abadi.
BACA JUGA: 4 Alasan Mengapa Banyak Orang Tidak Bahagia dalam Kehidupannya
Sebagaimana kita ketahui, suami dan istri yang beriman kepada Allah dengan benar, mereka akan bersatu kembali di surga Allah kelak, bersama anak keturunan mereka. Bahkan, keturunan ini garis ke atas, dan garis ke bawah. Hal ini dinyatakan Allah Ta’ala dalam beberapa ayat berikut ini.
Pertama, Ath Thur 21
Allah Ta’ala berfirman :
“Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedkitpun pahala amal (kebajikan) mereka.” (QS. Ath Thur: 21)
Kedua, Ghafir : 8
Allah mengabadikan doa para malaikat pemikul ‘Arsy dalam ayat yang mulia :
“Ya Rabb kami masukanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang shalih diantara nenek moyang mereka, istri-istri dan anak keturunan mereka. Sungguh Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ghafir: 8)
Ketiga, Ar Ra’du : 23 – 24
Allah Ta’ala berfirman :
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar Ra’du : 23 – 24)
Orang-orang yang beriman, mendapatkan penghargaan dari Allah Ta’ala, berupa dikumpulkannya mereka semua ke dalam surga yang tertinggi, yang berhasil dicapai oleh salah satu dari anggota keluarga itu.
Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya memberikan penjelasan, “Allah Ta’ala akan mengumpulkan mereka berserta anak keturunannya agar menyejukkan pandangan mereka karena berkumpul pada satu kedudukan yang berdekatan.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala, ‘Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajikan) mereka.’
“Artinya, akan Kami samakan mereka pada satu kedudukan agar mereka merasa tenang. Bukan dengan mengurangi kedudukan mereka yang lebih tinggi, sehingga bisa setara dengan mereka yang rendah kedudukannya, namun dengan Kami angkat derajat orang yang amalnya kurang, sehingga Kami samakan dia dengan derajat orang yang banyak amalnya. Sebagai bentuk karunia dan kenikmatan yang Kami berikan”, demikian penjelasan Ibnu Katsir.
Cara Allah mengumpulkan satu keluarga, bukan dengan merata-rata capaian semua anggota keluarga itu, sehingga berkumpul di tengah. Namun dengan mengangkat semua anggota keluarga pada tingkatan tertinggi yang berhasil diraih oleh keluarga itu. Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dinukilkan satu riwayat dari Said bin Jubair:
”Tatkala seorang mukmin memasuki surga maka ia akan menanyakan tentang bapaknya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya dimanakah mereka? Maka dikatakan kepadanya bahwa mereka semua tidak sampai pada derajatmu di surga.
Maka orang mukmin tersebut menjawab : Sesungguhnya pahala amal kebaikanku ini untukku dan untuk mereka.’ Maka mereka (keluarganya) dipertemukan pada satu kedudukan dengannya”
Tentu saja, untuk bisa masuk surga bersama seluruh anggota keluarga bukanlah perkara mudah. Namun harus mengupayakan dengan segenap kesungguhan dan mengerahkan segenap kemampuan. Dari tiga surat di atas, kita menemukan minimal tiga kata kunci agar bisa masuk surga bersama seluruh anggota keluarga.
1 Kata Kunci Pertama, Iman
“Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedkitpun pahala amal (kebajikan) mereka.” (QS. Ath Thur: 21)
Ayat ini menyatakan, yang bisa masuk surga hanyalah orang-orang beriman. Suami, istri, anak-anak, cucu, orang tua, kakek nenek, yang bisa berkumpul di surga hanya yang beriman saja. Mereka yang tidak beriman, walaupun satu keluarga, tidak akan bisa memasuki surga.
Inilah kunci yang sangat fundamental. Masuk surga tidak gratis, tidak cuma-cuma, namun ada syaratnya. Persyaratan yang utama adalah iman dengan segala konsekuensinya.
Maka didiklah semua anggota keluarga agar menjadi insan beriman kepada Allah, beriman kepada para malaikat, kepada kitab-kitab Allah, kepada para Nabi dan Rasul, kepada hari akhir, dan juga kepada takdir atau ketetapan Allah.
Didiklah semua anggota keluarga agar menetapi konsekuensi dari iman, bahwa iman itu bukan hanya keyakinan dalam hati, namun juga ucapan lisan serta amal anggota tubuh. Bahwa iman itu memerlukan penjagaan dan perjuangan, karena sangat banyak godaan iman dalam kehidupan sehari-hari.
2 Kata Kunci Kedua, Salih
“Ya Rabb kami masukanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang salih diantara nenek moyang mereka, istri-istri dan anak keturunan mereka. Sungguh Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ghafir: 8)
Ayat di atas menjelaskan, bahwa yang akan ikut masuk surga hanyalah orang-orang salih dalam keluarga itu. Masuk surga tidaklah gratis, namun dituntut kesalihan diri. Apabila ada anggota keluarga yang tidak salih, maka tidak akan bisa ikut masuk surga bersama anggota keluarga yang lainnya.
Salih menunjukkan kualitas pribadi yang penuh ketaatan dan ketundukan kepada Allah dalam ucapan, tindakan, pemikiran, perasaan, tingkah laku, keinginan, harapan, keputusan, juga pilihan dalam kehidupan.
Maka didiklah semua anggota keluarga agar menjadi orang-orang salih dan salihah, menjadi suami yang salih, menjadi istri yang salihah, menjadi anak yang salih dan salihah, menjadi orangtua yang salih dan salihah, menjadi kakek nenek yang salih dan salihah, menjadi cucu yang salih dan salih. Jangan biarkan ada anggota keluarga yang jahat, yang tidak salih dan salihah, karena mereka tidak akan bisa bersama di surga.
3 Kata Kunci Ketiga, Sabar
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar Ra’du : 23 – 24)
Ucapan para malaikat “selamat untuk kalian, atas kesabaran kalian”, mengisyaratkan, mereka yang masuk ke dalam surga itu adalah orang-orang yang dalam kehidupan dunia memiliki sifat sabar. Mereka bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, bersabar dalam meninggalkan larangan Allah, bersabar dalam menghadapi musibah. Dengan kesabaran inilah, mereka layak mendapatkan surga yang sangat indah.
BACA JUGA: 9 Sebab Kebahagiaan dalam Rumah Tangga
Maka didiklah semua anggota keluarga agar memiliki sifat sabar dalam kehidupan sehari-hari, sehingga semua anggota keluarga bisa berkumpul kelak di surga tertinggi. Ada sangat banyak godaan dalam kehidupan sehari-hari yang membuat suami tidak sabar terhadap istri, istri tidak sabar terhadap suami, orangtua tidak sabar menghadapi anak, anak tidak sabar menghadapi orangtua, dan lain sebagainya.
Ada banyak godaan yang membuat kita tidak sabar beribadah, tidak sabar menuntut ilmu, tidak sabar mengusahakan rejeki yang halal, sehingga banyak manusia terjerumus dalam perbuatan yang tercela. []
SUMBER: PAKCAH