ABU Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, atau lebih dikenal dengan nama Imam al-Ghazali merupakan seorang cendekiawan yang terkemuka berkebangsaan Persia. Dalam sejarah peradaban Islam, beli diberi julukan Hujjatul Islam atau Sang Pembela Akidah Islam. Ada tiga nasihat Imam Al-Ghazali bagi kita yang jika dilakukan akan berdampak sangat besar terhadap kehidupan kita.
Ulama yang lahir pada 1058 M itu mencapai puncak kariernya saat memimpin Madrasah Nizhamiyah Baghdad. Santri al-Juwaini ini menulis banyak karya. Beberapa di antaranya bertahan hingga abad modern.
Kepakaran Imam Al-Ghazali meliputi banyak bidang, seperti logika, fikih, dan tasawuf. Pada 14 Jumadil Akhir 505 Hijriyah atau sekitar 1111 M al-Ghazali berpulang ke rahmatullah.
BACA JUGA: Adab Berhubungan Suami Istri Menurut Imam al-Ghazali
Kepada murid-muridnya, sang Hujjatul Islam sering menyampaikan sejumlah nasihat. Berikut ini adalah beberapa pesan atau nasihat Imam Al-Ghazali yang penuh hikmah:
Nasihat Imam Al-Ghazali Pertama: Ingat Kematian
Pada suatu hari, al-Ghazali bertanya kepada para santrinya, Apakah sesuatu yang paling dekat dengan diri kita?Pertanyaan itu tampaknya biasa saja. Murid- muridnya pun mengajukan jawaban yang juga datar.
Mereka mengatakan, orang-orang yang terdekat adalah kedua orang tua, guru, sahabat, dan kerabat. Namun, jawaban itu semuanya keliru menurut al-Ghazali. Guru besar Madrasah Nizhamiyah itu menjelaskan, Yang paling dekat adalah kematian. Sebab, setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Dalam Alquran surah Yunus ayat 49, Allah SWT berfirman, yang artinya, Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu).Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.
Nasihat Imam Al-Ghazali Kedua: Kendalikan Nafsu
Selanjutnya, sang Hujjatul Islammenanyakan perkara terbesar di dunia ini. Ada yang menjawab, matahari, bumi, dan lain-lain. Akan tetapi, semua itu dipandangnya keliru. Al-Ghazali mengatakan, Yang paling besar adalah hawa nafsu.
Begitu besar dorongan nafsu sehingga mampu mengubah seorang manusia menjadi lebih buas daripada binatang. Bahkan, diri insan dapat lebih hina karena memperturutkan syahwatnya. Karena itu, ulama besar itu mengingatkan murid-muridnya untuk senantiasa mengendalikan hawa nafsu.
Dalam hal ini, al-Ghazali menawarkan konsep riyadhahatau latihan menempa watak diri. Adapun tahapannya dimulai dari pengendalian konsumsi makanan, pengurangan jam tidur, pembatasan hasrat untuk berbicara yang tidak bermanfaat, hingga bersabar terhadap perlakuan kasar orang lain.
BACA JUGA: Konsep Zuhud menurut Imam Al-Ghazali pada Era Modern
Nasihat Imam Al-Ghazali Ketiga: Jagalah Shalat
Sang guru besar bertanya lagi, Apakah sesuatu yang paling ringan di dunia ini?
Santri-santrinya menjawab beragam. Ada yang menyahut, kapas. Ada pula yang berpen dapat daun-daun kering merupakan benda teringan. Semua itu dibantah al- Ghazali.
Yang paling ringan adalah meninggalkan shalat, katanya. Nabi SAW bersabda, shalat adalah tiang agama.
Barangsiapa yang mendirikannya berarti menegakkan agama. Siapa pun Muslim yang meninggalkannya berarti sedang meruntuhkan agama. Mudah sekali untuk melalaikan shalat, apalagi yang terbiasa melakukannya. Bagi mereka yang lalai, disiplin menjaga rukun Islam kedua itu sangatlah berat. []
SUMBER: REPUBLIKA