Oleh: Rizka K. Rahmawati
Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, UIN Sunan Kalijaga
RASULULLAH ﷺ telah membentuk pola pikir para sahabat dengan Islam. Mengubah dari pemahaman yang tidak sedikitpun mengenal Islam menjadi menggenggam Islam. Telah terbentuk pola tetap, melakukan “ekspedisi” untuk mengetahui sebuah wilayah. Rasulullah tengah mengajarai para sahabat untuk menelisik wilayah yang akan didakwahi Islam. Begitu pula akan kita jumpai saat membaca penaklukkan Andalusia.
Istilah Andalusia ialah sebutan Semenanjung Iberia oleh kaum muslimin setelah berhasil mengenalnya hingga menjadi bagian penting sejarah Islam. Sebelumnya, kata Vandalusia adalah sebutan wilayah itu karena Semenanjung itu sempat dikuasai oleh bangsa Vandal. Akan tetapi, bangsa Gothia Barat abad ke V M mengusirnya. Hingga akhirnya umat muslim telah berhasil mengalahkan Ghotia Barat pada masa Khalifah Walid ibn Abd al-Malik di tahun 705-715 N.
Philip K. Hitty mencatat penakhlukkan kaum muslimin ke wilayah Semenanjung Iberia (Andalusia), gerbang barat daya Eropa merupakan puncak dan sebagai tanda titik terjauh ke kawasan Mesir-Asia. Ia menyebutnya penakhlukkan unik di masa Pertengahan.
Ketika kondisi Gothia Barat tengah terpuruk karena penguasaan kaum Nasrani, Islam dengan kemuliaannya datang untuk mendakwahkan Islam. Para elite politik tengah mengalami perpecahan, penguasa Nasrani membantai orang-orang Yahudi. Mereka juga membebankan Pajak yang dinilai sangat membebani rakyat. Disaar itulah Islam datang.
Pertama, pada tahun 710 M tentara muslim dengan sejumlah 500 orang dipimpin oleh Tarif ibn Malik mengawali ekspedisinya. Ia mendarat disebuah tempat yang akhirnya dinisbatkan pada namanya, Semenanjung Tarifa. Tarif ibn Malik berhasil menakhlukkan wilayah tersebut.
Sering disebuah sumber menyebutkan bahwa panglima muslim datang karena beberapa faktor, diantaranya alasan ekonomi, politik, dll. Barangkali, sumber itu tidak salah. Namun satu hal yang selalu tidak akan lepas adalah Islam yang dibawa untuk ke wilayah takhlukkan adalah sebuah keniscayaan karena dakwah perintah RasulNya.
Mereka tidak serta merta merampas seperti yang banyak dikatakan sejarawan Barat. Keyakinan untuk menyebarkan Islam selalu ada dalam setiap orang yang diutus untuk mendakwahkan Islam. Itulah perbedaan mendasar dari umat muslim dengan umat yang laiinnya. Maka sudahlah wajar jika sebutan kepentingan ekonomi, politik selalu menjadi bagian yang tidak terlepas. Karena sebuah negara pada hakikatnya mempunyai pengaturan akan politik dan ekonominya.
Kedua, Musa ibn Nushair mengutus panglima Thariq bin Ziyad tahun 711 dengan memimpin pasukan sebanyak 7000 orang. Ia mendarat di dekat gunung batu besar yang kini Jabal itu diabadikan dengan namanya, Giblartar. Dengan kekuatan tambahan, Thariq bersama 12.000 pasukan.
Pertempuran terjadi di muara sungau Salado (Lagund Janda) pada bulan Ramadhan 19 Juli 711. Inilah yang nantinya akan mengawali kemenangan Thariq dalam penakhlukkan berikutnya. Hingga akhirnya Toledo, ibu kota Gothia Barat, dapat ditakhlukkan di tahun yang sama. Thariq terus melancarkan upaya penakhlukkan.
Tak lama kemudian, Saragossa (Caesarea Augusta, Caesareagusta) di utara berhasil ditundukkan dan tentara muslim perlahan melangkah menuju dataran tinggi Aragon, Leon, Asturia, dan Galacia. Telah sempurna yang dilakukan tentara muslim.
Berikutnya, bulan Juni 712 Musa ibn Nushair berangkat ke Andalusia membawa 18.000 pasukan mendatangi kota-kota yang belum tertakhlukkan oleh Thariq. Di Kota Talavera Thariq menyerahkan kepemimpinan kepada Musa.
Sejak saat itulah keberhasilan Daulah Umayyah telah menjadikan Andalusia menjadi wilayah kekuasaannya. Andalusia menjadi propinsi bagian dari Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus dengan amir yang dipegang oleh Musa ibn Nushair.
Musa menyisakan beberapa wilayah kecil di sebelah utara dan timur semenanjung untuk ditakhlukkan oleh para penerusnya. Ia, panglima agung dalam waktu singkat, kurang lebih 7 tahun, penakhlukkan semenanjung itu salah satu kota terindah dan terbesar di Eropa abad Pertengahan sepenuhnya rampung. Mereka akhirnya mendiami wilayah tersebut dan mengurusnya dengan baik dibawah kepemimpinan Islam selama berabad-abad.
Para ahli sejarawan didalam karya menyebutkan sebab keberhasilan kegemilangan kemenangan kaum muslimin.
Pertama, karena kondisi Semenanjung dalam kekuasaan Ghotik Barat dan perpecahan politik pada abad ke 5 M dan acapkali berperilaku kejam. Tercatat, Tokoh Katolik Recared pada tahun 587 membenci kekuasaan Ghotik yang sarat akan bidah dari Katoliknya. Rakyat diperbudak, kaum Yahudi yang selalu dianiaya dan pemaksaan untuk pindah ke Katolik. Jika tidak menerima dibaptis mereka akan diusir dan disita kekayaan mereka.
Kedua, pertikaian politik dari kalangan bangsawan Gotik, dan perselisihan internal. Kehidupan megah, serta pengkhianatan dari kalangan keluarga dalam.
Begitulah kisah pemula penakhluk Andalusia yang akhirnya membuat Andalusia menjadi negeri gemilang karena mengenal Islam. []