SALAH satu dari sekian banyak yang disunahkan oleh Nabi kita Muhammad SAW untuk dilaksanakan pada hari Jumat adalah membaca surat al-Kahfi. Dalam satu hadits, Rasulullah SAW bersabda,
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6470).
Sayyid Quthb dalam tafsirma fi Zhilalil Quran menyebutkan bahwa tema sentral surat ini pada tiga hal yang penting sekali untuk kita pahami, karena itu wajar bila kita harus membacanya setiap hari Jumnat.
1 Akidah
Surah al-Kahfi ini diawali dan diakhiri dengan menyoroti persoalan akidah. Bedanya Islam dengan agama lain salah satu persoalannya adalah pada konsep akidahnya. Surah ini dimulai dengan ayat yang memuji Allah yang menumnkan Al-kitab (Al-Quf an) yang lurus, tanpa kebengkokan dan basa-basi, berisi peringatan akan siksa yang pedih dan kabar gembira untuk siapa saja yang mau beriman dan beramal saleh dengan balasan yang menyenangkan, lihat surah al-Kahfi:1-5 dan 110.
BACA JUGA: Ini Keutamaan Surat Al-Kahfi
2 Metode Berpikir
Sesudah memiliki akidah yang turus, manusia juga harus berpikir yang benar sehingga menghasilkan konsep dan amaliah yang benar. Segala sesuatu yang dikatakan harus dengan landasan yang jelas dan benar, bukan berdasarkan anggapan-anggapan yang tidak berdasar, apalagi sekadar ikut-ikutan. Lihat surah al-Kahfi: 25-26 dan 36.
3 Norma-norma
Dalam kehidupan ini segala sesuatu ada tolok ukur kebenaran dan kebaikannya. Kepada manusia, khususnya kaum muslimin diingatkan agar jangan sampai terjebak pada penilaian dan tolok ukur yang bersifat duniawi. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya. Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering.” (al-Kahfi: 7-8).
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW tidak boleh terpengaruh dengan orang-orang kafir dengan iming-iming yang bersifat duniawi, apalagi hati mereka sebenarnya dilalaikan oleh Allah SWT. Hal ini terkait dengan kemauan para pembesar kafir Quraisy yang menyatakan bahwa mereka mau masuk Islam kalau Rasulullah mau mengusir sahabat-sahabat yang martabat duniawinya rendah, seperti BilaI, Suhaib, Ammar, Khabbab, dan Ibnu Mas’ud atau ada majelis tersendiri untuk mereka. Allah SWT berfirman,
Dan bersabarlah engkau (Muhammad) beserta orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah enggkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas. Dan katakanlah (Muhammad), ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.'” (al-Kahfi :28-29).
BACA JUGA: Dahsyatnya Surat 18 Al-Kahfi Hari Jum’at
Oleh karena itu, seorang muslim jangan sampai teperdaya oleh kehidupan duniawi, hal ini terus dilatih setiap hari dengan shalat yang lima waktu, setiap pekan dengan shalat Jumat, setiap tahun dengan ibadah Ramadhan dan sekali seumur hidup dengan ibadah haji. Dalam konteks ibadah Jumat, seorang muslim harus meninggalkan segala urusan guna menunaikan ibadah pekanan ini sehingga dia tidak termasuk orang yang terlambat datang ke masjid, dia sudah datang dan siap mendengarkan khutbah sebelum khatib naik ke mimbar. []
Referensi: 160 Materi Dakwah Pilihan/Karya: Drs. H. Ahmad Yani/Al Qalam/2006