“Aku dibesarkan dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin. Aku menerima upah sebagai pembantu pada Busrah binti Ghazwan demi untuk mengisi perutku. Akulah yang melayani keluarga itu bila mereka sedang menetap dan menuntun binatang tunggangannya bila sedang bepergian. Sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Busrah, maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu Hurairah ikutan ummat.”
IA adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi Islam, dengan segala perubahan mengagumkan yang diciptakannya. Dan dari seorang yang sujud di hadapan batu-batu yang disusun menjadi orang yang beriman kepada Allah.
Ia datang kepada Nabi di tahun yang ke tujuh hijrah sewaktu beliau berada di Khaibar. ia memeluk Islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan. Semenjak ia bertemu dengan Nabi dan berbaiat kepadanya, hampir-hampir ia tidak berpisah lagi daripadanya kecuali pada saat-saat waktu tidur.
BACA JUGA: Ketika Abu Hurairah Menghindar saat Dihampiri Rasulullah
Abu Hurairah menyiapkan dirinya dan menggunakan bakat dan kemampuan karunia Ilahi untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian. Demikianlah Abu Hurairah menjelaskan rahasia kenapa hanya ia seorang diri yang banyak mengeluarkan riwayat dari Nabi.
Pertama, karena ia melowongkan waktu untuk menyertai Nabi lebih banyak dari para shahabat lainnya.
Kedua, karena ia memiliki daya ingatan yang kuat, yang telah diberi berkat oleh Nabi, hingga ia jadi semakin kuat.
Ketiga, ia menceritakannya karena keyakinan bahwa menyebarluaskan hadits-hadits ini, merupakan tanggung jawabnya terhadap Agama dan hidupnya. Kalau tidak dilakukannya berarti ia menyembunyikan kebaikan dan haq.
BACA JUGA: Umar Pernah Mendorong Abu Hurairah hingga Terjatuh
Nabi pernah berbicara kepada kami di suatu hari, tuturnya, “Siapa yang membentangkan serbannya hingga selesai pembicaraanku, kemudian ia meraihnya ke dirinya, maka ia takkan terlupa akan suatu pun dari apa yang telah didengarnya daripadaku!“
Maka kuhamparkan kainku, lalu beliau berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu ke diriku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengar daripadanya. Demi Allah, kalau tidaklah karena adanya ayat di dalam Kitabullah niscaya tidak akan kukabarkan kepada kalian sedikit jua pun! []
Sumber: Karasteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah/ Penulis: Khalid Muh. Khalid/ Penerbit: Cv. Diponegoro Bandung