DALAM momen hari raya Idul Adha, ingatan kita tentu tak akan terlepas dari kisah penyembelihan Ismail oleh ayahnya Nabi Ibrahim, yang kemudian digantikan Allah swt dengan seekor domba.
Nah, sesungguhnya banyak kisah yang bisa kita teladani dari Nabi yang masuk dalam golongan ulul azmi itu.
1 Selalu mencari kebenaran yang hakiki
Kita tentu sudah tak asing dengan kisah Nabi Ibrahim di masa kecilnya saat mencari Tuhan. Ibrahim kecil pada awalnya melihat keberadaan bintang-bintang di langit yang begitu indah dan ia mengaguminya. Dalam hatinya berkata bahwa inilah Tuhannya. Namun kemudian, Ibrahim melihat wujud bulan yang lebih besar dan bercahaya ketimbang bintang, maka Ibrahim pun berkata bahwa bulan inilah Tuhannya.
Saat pagi datang, betapa kecewanya Ibrahim saat melihat bintang dan bulan telah lenyap, digantikan oleh matahari. Sinar matahari yang terang dan mampu menyinari seisi alam membuat Ibrahim terpesona, dan ia pun merasa bahwa matahari-lah Tuhannya.
BACA JUGA: Kisah Sarah, Istri Cantik Nabi Ibrahim Ketika Diganggu Raja Mesir
Namun, saat malam tiba dan matahari lenyap, lagi-lagi Ibrahim merasa kecewa. Tuhan tentu tidak bisa hilang dan lenyap. Ibrahim lantas menyadari bahwa bulan, bintang maupun matahari bukanlah Tuhan yang ia cari.
Dari kisah ini kita bisa mengambil teladan, bahwa betapa pentingnya untuk selalu mencari kebenaran, menambah ilmu pengetahuan dan juga wawasan. Apalagi, di jaman yang penuh perang pemikiran, fitnah dan pemutarbalikan fakta seperti sekarang ini, adalah penting untuk kita selalu berhati-hati dan berusaha mencari kebenaran dari setiap peristiwa yang penting untuk kita ketahui.
Tidak semua hal mengharuskan kita mencari kebenaran. Misalnya saja, kita tidak harus bersusah payah untuk mencari tahu kebenaran akan hal-hal yang menyangkut aib orang lain ataupun tentang pergunjingan seputar kehidupan orang lain.
Sebaliknya, adalah penting untuk kita merenungkan kekuasaan Allah swt dan terus menambah ilmu pengetahuan yang bermuara pada kebenaran yang berlandaskan ajaran Islam. Proses perenungan atau kontemplasi seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim alaihis salam saat mencari Tuhan, mengajarkan kita bahwa perenungan akan membawa kita pada pemahaman dan kesadaran yang lebih mendalam. Sementara proses menambah ilmu pengetahuan dengan belajar, akan meningkatkan kualitas diri kita baik dari segi pemikiran, psikis maupun spiritual.
2 Kesabaran
Salah satu ujian kesabaran nabi Ibrahim adalah pada pernikahannya yang telah berlangsung selama puluhan tahun namun belum juga dikaruniai seorang anak. Namun Nabi Ibrahim tak pernah berputus asa memohon karunia kepada Allah swt, sebagaimana tercermin dalam doanya:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shaleh.” (QS As-Shaffat ayat 100).
BACA JUGA: Ketika Nabi Ibrahim Menjamu Tiga Malaikat
Nabi Ibrahim alaihissalam baru dikaruniai putera pada tahun ke-40 setelah pernikahannya, atau ketika usianya mencapai 86 tahun (ada yang menyebut 99 tahun). Dan Allah swt mengabulkan doa nabi Ibrahim dengan menganugerahkannya seorang putera bernama Ismail dari Hajar dan Ishaq dari Sarah. Kedua puteranya itu, kelak juga menjadi rasul pilihan Allah swt.
Dari kisah kesabaran Nabi Ibrahim ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kesabaran tidak berarti hanya pasrah menanti perubahan, melainkan sabar dalam berdoa dan penuh keyakinan bahwa kelak doa kita akan terkabul. Kesabaran dalam doa dan usaha akan menyegerakan langkah kita pada cita-cita dan tujuan. Tentu saja, kita harus mendoakan dan mengupayakan yang terbaik untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Maka yakinlah, bahwa kesabaran kita akan berbuah indah.
3 Keikhlasan
Nabi Ibrahim pernah bernadzar, jika ia memiliki anak lelaki, maka ia akan menyembelihnya dan mengurbankannya kepada Allah. Ungkapan ini terlahir saat Sarah istrinya belum juga mengandung.
Sarah kemudian menyarankan Ibrahim untuk menikahi Hajar. Saat berada di Baitul Maqdis, nabi Ibrahim berdoa agar Allah mengaruniainya seorang anak. Doa ini dikabulkan Allah swt. Hajar kemudian mengandung dan melahirkan Ismail.
Saat usia Ismail 7 tahun (sebagian mengatakan 13 tahun), Nabi Ibrahim mengalami mimpi tiga kali yang memerintahkannya untuk menyembelih Ismail. Ibrahim kemudian mengabarkan mimpi ini kepada Hajar karena ia yakin mimpi ini berasal dari Allah swt. Meski iblis sempat menggoda Ibrahim dan Hajar untuk tidak mematuhi perintah itu, namun godaan iblis tidak sanggup mematahkan keikhlasan Nabi Ibrahim.
Keikhlasan yang sama juga ditunjukkan oleh Hajar dan puteranya Ismail. Saat Nabi Ibrahim menyampaikan hal itu kepada Ismail, puteranya itu ikut meyakinkan Nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah Allah swt.
BACA JUGA: Burung Pipit yang Padamkan Api Pembakaran Nabi Ibrahim
Kisah selanjutnya telah kita ketahui bersama. Saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail, Allah swt menggantikannya dengan seekor qibas (domba). Seisi bumi dan langit pun bertakbir memuji kebesaran Allah saat menyaksikan keikhlasan dan kesabaran kedua hamba Allah dalam menegakkan perintah-Nya.
Apa yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah, kita harus ikhlas dalam menjalankan perintah Allah, seberapa pun sulitnya dan berat godaannya. Orang-orang yang ikhlas akan terhindar dari godaan syetan, karena keikhlasan adalah benteng yang kokoh dan tidak mampu ditembus oleh syetan. Keikhlasan akan menghindarkan manusia dari tipu daya dan pengaruh syetan, karena manusia yang ikhlas berada di dalam penjagaanNya yang kokoh.
Oleh karenanya, marilah kita berupaya untuk selalu ikhlas dalam menjalankan perintah Allah swt dan meniatkan amal ibadah kita semata-mata karena Allah swt.
Demikianlah tiga keteladanan dari kisah Nabi Ibrahim alaihis salam. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang selalu termotivasi untuk mencari kebenaran, bersikap sabar dan juga ikhlas dalam menjalankan perintah Allah swt. []
Sumber: www.riawanielyta.com