Oleh: Muhammad Akbar Ali
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari
muhammadakbarali029@gmail.com
PENGALAMAN Pengalaman pribadi saat mengikuti Shalat Tarawih, ketika imam membaca Surah setelah Al Fatihah dengan durasi panjang, semisal Surah Yasin, pada pertengahan bacaan rasa-rasanya kaki tidak lagi kuat berdiri, dan serangan rasa kantuk mulai menghampiri. Padahal umur saya masih muda. Heran kepada diri sendiri?
Sesekali saya berpikir, apa solusi agar dapat berdiri kokoh dan utama mendapatkan nikmat khusyu setiap shalat. Banyak cara yang telah saya pelajari. Sesekali banyak bertanya kepada petuah agama. Dan sesekali pula mencarinya lewat buku dan tidak ketinggalan bertanya kepada Mbah Google.
Dan malam ini, saya akan berbagi kisah yang awalnya mendengar lewat lisan salah seorang ustadz muda Indonesia. Beliau bernama Ustadz Hanan Attaki. Bagi yang telah mendengarnya, semoga bisa mengambil pelajaran penting, dan kepada yang belum, semoga bisa terinspirasi.
Saat berada di Mesir, Ustadz Hanan Attaki diajak oleh Seorang syekh yang juga beliau adalah guru saat belajar. Kebiasaan sebelumnya di mesjid sebelah, pelaksaanaan Shalat tarawih mayoritas imam melantunkan ayat-ayat pendek.
Shalat pun dimulai. Mendengar imam membaca Surah Al-Baqarah, beliau menyangkal bahwa bacaan Imam pasti pada sebahagianya. Memasuki pertengahan Al-Baqarah, sang Imam dengan nada khas nan merdu masih terlihat betah memantikan ayat demi ayat. Hingga Al-Baqarah tuntas dilafalkan, setelahnya rukuk dan seterusnya.
Memasuki rakaat kedua, Ustadz Hanan mengira bacaan Imam pasti Surah pendek. Semisal Al-Ikhlas dan sejenisnya. Apalah daya, dugaan meleset. Pada ronde kedua Imam membaca Surah Al-Imran. Dibacanya hingga tuntas satu juz. Begitu seterusnya shokat tarawih malam itu, sampai 11 rakaat. Total bacaan Surah dan ayat malam itu sebanyak 15 Juz.
Di sela-sela selesai shalat, karena bacaan yang begitu panjang maka ada waktu jeda. Jeda untuk istrahat. Pada kesempatan ini, Ustadz Hanan menghampiri seorang kakek yang sama-sama shalat tarawih bersama. Kemudian terjadi percakapan keduanya.
Hanan: Kakek belajar di Al-Azhar?
Kakek: Saya tidak pernah kuliah. Dan saya tidak belajar di Al-Azhar.
Hanan: Kakek mengerti semua ayat yang dibaca imam?
Kakek: Tidak semua. Karena bahasa Al-Quran sangat tinggi, daripada bahasa Arab.
Hanan: Kakek hafal Al-Qur’an?
Kakek: Tidak.
Hanan: Kakek baru pertama kali, mengikuti tarawih begini?
Kakek: Saya sudah 10 Tahun mengikuti tarawih di sini.
Hanan: Kek, saya belajar di Al-Azhar, Jurusan Tafsir Al-Quran, saya hafal bacaan imam, dan saya mengetahui artinya kendati belum sempurna, dan saya juga masih muda, namun saya tidak tahan berdiri. Tetapi kakek sangat kuat berdiri. Apa yang membuat kakek lebih betah berdiri?
Kakek: Kamu bediri dengan tenaga. Sedang saya berdiri dengan imam.
Hanan: MasyaaAllah.
PELAJARAN:
Boleh jadi selama ini melaksanakan shalat adalah tenaga yang dikedepankan. Atau hanya sekadar ikut-ikutan. Jika demikian, Maka wajar, kekuatan batin tidak hadir dalam jiwa kita.
Akhirnya pikiran mudah terombang-ambing.
Selebihnya, penyebab pikiran, dan kekuatan berdiri sangat lemah saat shalat, adalah iman yang belum kuat atau keyakinan yang keropos kepada Allah. Iman kita masih sangat lemah.
Dosa-dosa mendominasi daripada amal kebaikan. Akhirnya iman terkalahkan dengan nodanoda dosa yang dilakukan.
Sebaik-baik manusia, selalu membenahi jalan-Nya di kala yang ditempuh jauh dari kebenaran. Hari ini saya, dan saya yakin teman-teman semua sedang berusaha membersihkan diri dari debu-debu maksiat yang lalu di perbuat. Menuju Hamba yang tiada waktu selain bertambah ketaatan Kepada-Nya. []