Oleh : Muhammad Rezki Hr, ST., M.Eng
LUTON adalah sebuah kota kecil yang terletak tidak terlalu jauh dari London (sekitar setengah jam perjalanan dengan kereta). Suasana Islami sangat terasa di kota kecil ini: mulai dari toko makanan halal yang tersebar dimana-mana, perempuan berjilbab dan berniqob yang berlalu-lalang, hingga beberapa bangunan masjid yang berdiri di beberapa sudut kota.
Di kota ini pulalah diadakan winter conference yang berjudul “The Return of Jihad and Khilafah: The Correct Understanding”. Saya meniatkan diri untuk mengikuti konfrensi tersebut karena beberapa pembicaranya adalah ulama tersohor dari Timur Tengah. Pada awalnya konfrensi direncanakan untuk dilaksanakan di masjid Ghuroba’, masjid yang bisa dikatakan cukup besar dan dikelola oleh Salafiyyin di kota ini. Namun karena besarnya respon dari kaum muslimin dari dalam dan luar Inggris untuk mengikuti konfrensi tersebut, pada akhirnya tempat pelaksanaan dipindah ke sebuah venue yang lebih besar yang memungkinkan menampung orang lebih banyak.
Ketika duduk bersama para peserta di konfrensi ini, saya menjadi mengerti betapa indahnya persaudaraan yang dibangun di atas ukhuwah islamiyyah. Betapa saya senang ketika melihat bagaimana para peserta konfrensi saling mengucapkan salam, melempar senyum, berbagi, dan beramah tamah satu sama lain, dengan tidak membedakan suku bangsa, warna kulit, usia, dan status sosial. Konferensi ini diikuti oleh orang-orang kulit putih, coklat, dan hitam. Diikuti oleh orang-orang dari berbagai negara dari berbagai benua. Oleh tua dan muda. Namun saya tidak merasa ada sekat antara mereka karena telah disatukan oleh pertalian Islam.
Konfrensi berlangsung pada 31 Desember 2014 hingga 2 Januari 2015. Pada malam pergantian tahun baru, saya tidak melihat sedikit pun adanya ketertarikan dari para peserta konferensi yang menginap di tempat yang sama dengan saya untuk merayakan tahun baru, atau sekedar melihat bumbungan kembang api yang terjadi di luar sana. Konferensi ini juga ternyata mendapat penentangan yang keras dari English Defence League (EDL). EDL mengajukan izin untuk melakukan demonstrasi di sekitar lokasi konferensi dengan alasan acara ini dikhawatirkan dapat menimbulkan kebencian dan memantik ekstrimisme. Namun, polisi lokal tidak memberikan izin demonstrasi tersebut karena tidak melihat adanya potensi untuk terjadinya apa yang dikhawatirkan oleh EDL. Polisi lokal hanya membolehkan demonstrasi jika dilakukan di pinggiran kota.
Sumber: muslim.or.id