Siang dan malam, ia senantiasa membiarkan pintunya terbuka. Sengaja ia duduk di sisi tempat tidur yang bisa dilihat dari luar, dan dengan sebuah senyum manis, niscaya siapa saja laki-laki yang lewat ke arah itu, akan tergoda oleh perempuan cantik ini.
Perempuan cantik itu sudah terkenal sebagai seorang pelacur.
Banyak laki-laki yang terang-terangan mengingini wanita itu. Dengan segala cara, mereka berusaha mengumpulkan paling tidak sepuluh dinar. Itu harga yang sangat mahal yang harus diberikan kepada si perempuan.
Satu hari, seorang alim muda melintas di depan rumah perempuan tersebut. Ia adalah seorang yang tekun beribadah. Ketika tanpa sengaja ia bertatapan dengan mata perempuan itu, tubuhnya tiba-tiba berkeringat. Pandangannya terpaku kepada wajah yang halus dan sedang tersenyum kepadanya itu. Seumur hidup, alim muda itu tidak pernah melihat perempuan secantik itu.
Dengan segala kemampuan tekadnya, sebenarnya si alim muda berusaha untuk mengalihkan pandangannya. Ia berusaha memerangi perasaannya yang sedemikian sudah menggelora dengan hebat. Ia pun tak henti berdoa kepada Allah swt agar melenyapkan hawa nafsu itu. Tapi bayangan-bayangan wanita cantik itu terus bermain di benaknya.
Akhirnya si alim muda nekad. Dia tidak bisa menahan hawa nafsunya. Seluruh pakaiannya dijualnya. Tidak hanya itu, juga semua miliknya yang lain. Maklum, ia bukan orang kaya. Setelah semuanya terjual, ternyata masih kurang dari 10 dinar. Akhirnya ia berutang kepada siapa saja yang ia kenal. Tentu saja ia tidak menyebutkan keperluannya sehingga ia harus meminjam uang tersebut. Ketika semuanya sudah terkumpul pada jumlah 10 dinar, ia segera saja berangkat dengan terburu-buru. Saking tidak kuatnya menahan diri, ia lari terengah-engah.
Begitu tiba di rumah perempuan itu, ia menyerahkan uangnya kepada seorang perempuan lain yang tinggal di kamar sebelah. Waktu ia kembali ke tempat perempuan tersebut, ternyata si perempuan cantik itu sekarang tengah berbaring di tempat tidur dengan pakaian yang makin mengundang nafsu. Si alim muda pun, begitu melihat si perempuan itu, segera bersiap-siap. Ia mendekat dan duduk di sebelahnya. Mengalami kejadian yang baru pertama kali ini, sekujur tubuhnya gemetar.
Namun rupanya Allah swt masih sayang kepada hambanya yang sholeh itu. Allah tidak menyia-nyiakan amal ibadahnya yang tekun. Ketika tangannya telah terjulur hendak memeluk perempuan itu, seketika badannya menggigil hebat. Ketakuan yang dahsyat melanda hatinya. Ia tiba-tiba sadar bahwa Allah swt melihat keadaannya dan apa yang sedang dilakukannya sekarang. Wajahnya pucat dan ia menangis tersedu-sedu.
Si perempuan ketika melihat hal itu, tidak kalah herannya juga. “Kenapa denganmu? Apakah engkau sakit?” tanyanya.
Si alim muda masih terus menggigil dan menangis, namun menjawab jua, “Tidak. Aku takut kepada Allah. Izinkanlah aku pergi dari sini.”
“Ha? Gila? Berapa banyak laki-laki yang menginginkan diriku. Sedangkan kau, tidak bisa…” si perempuan balas menghardik. Ia merasa ia pun suka kepada alim muda itu.
“Tidak, sungguh. Aku takut kepada Allah. Ambilah uang sepuluh dinar itu. Asal kauizinkan aku keluar dari tempat ini!”
Dalam keheranan perempuan itu, si alim muda terus saja keluar. Ia menangis dan tubuhnya terus terguncang. Sampai di rumahnya ia bertobat kepada Alllah swt.
Sedangkan perempuan cantik itu setelah ditinggal oleh si alim muda merenung dalam. Biasanya, tidak pernah terpikir dalam dirinya tentang dosa, tiba-tiba tumbuh ketakutan yang semakin membesar dari waktu ke waktu. “Lelaki itu baru sekali ini berbuat dosa, ia sudah ketakutan seperti itu,” batinnya. “Sedangkan aku sudah melakukan pekerjaan hina selama bertahun-tahun, berapakah banyak dosa yang telah kulakukan? Mestinya aku harus lebih takut ekpada Alalh swt daripada dia, karena Allah yang ditakutinya itu adalah Allah-ku juga.”
Dengan pikiran seperti itu terus berkecamuk, akhirnya si perempuan itu memutuskan untuk menghentikan pekerjaan hinanya. Ia bertobat. Sekarang, pintu rumahnya selalu terkunci. Ia pun membuang semua yang dipunyainya yang dulu ia pakai untuk bermaksiat kepada Allah. Siang malam, ia hanya beribadah saja kerjanya.
Sementara waktu berjalan, ingatannya terus terbayang pada pemuda alim yang secara tidak langsung telah menyadarkannya, “Andaikan ia menjadi suamiku, tentunya aku terus dipimpinnya untuk beribadah kepada Allah swt,” ujarnya dalam hati.
Karena tekadnya kuat untuk menemukan pemuda itu, akhirnya dikumpulkannya semua harta benda kekayaannya. Ia mengumpulkan semua bujangnya untuk mengawalnya mencari kediaman si alim muda.
Setelah menempuh perjalanan berhari-hari, akhirnya mereka menemukan juga rumah si pemuda alim. Seseorang memberi kabar kepada si alim muda itu bahwa ada seorang perempuan yang ingin menemuinya. Ketika mereka bertemu, karena saking gembiranya, si perempuan itu membuka cadarnya. Si alim muda, yang melihat kembali wajah si perempuan cantik itu, seketika ia langsung teringat kepada dosa yang dulu pernah ia perbuat. Ia kaget luar biasa. Saking kagetnya, ia tersungkur. Tidak disangka-sangka, seketika ia langsung meninggal. Perempuan itu menjerit sedih. Kenapa musibah ini terjadi di saat kedatangannya dilandasi dengan maksud baik?
Jenazah si alim muda dikubur dengan semua biaya ditanggung oleh perempuan cantik itu. Setelah masa berkabung, ia pun mengatakan kepada orang-orang bahwa ia sebenarnya menemui pemuda alim itu untuk melamarnya. Untuk menjadikannya sebagai suaminya. Akhirnya orang-orang menunjukkannya kepada abang si pemuda alim. Si perempuan cantik itu pun menggunakan hartanya untuk kepentingan dan keberkahan bagi orang banyak. []