AFRIKA SELATAN—Ada sejumlah tantangan yang dialami Muslim Afrika Selatan pada Ramadhan kali ini. Setelah Ramadhan berlangsung selama beberapa hari, masjid-masjid di Afrika Selatan mulai terlihat kosong.
Mengutip Mvslim, shaf untuk shalat Tarawih mulai terlihat pendek sampai sepuluh malam terakhir, hingga akhirnya akan kembali terisi di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Sahur saat ini merupakan tantangan bagi Muslim manapun di Afrika Selatan. Pasalnya, pada 2017 Afrika Selatan berada tepat di tengah masa terdingin tahun ini.
Meski tidak seburuk musim dingin di belahan bumi utara, bagi rata-rata orang Afrika Selatan yang terbiasa hangat, musim dingin ini jadi tantangan tersendiri. Udara dingin yang menggigil bagi Muslim Afrika Selatan, menghambat mereka pergi ke masjid untuk shalat subuh dan bagi mereka yang akan melakukan shalat fajar.
Tahun ini, Afrika Selatan juga berada di tengah krisis energi yang menyebabkan pemadaman listrik secara bergilir untuk waktu-waktu tertentu. Akibatnya hal Ini menimbulkan masalah besar untuk memasak dan menyalakan penghangat ruangan.
Makan sehat sangat sulit ditemukan ketika bulan Ramadhan. Orang-orang tua terbiasa makan gorengan, karbohidrat, gula dan makanan panggang sebagai bagian dari makanan tradisi Ramadhan di Afrika selatan. Mereka seolah ’balas dendam’ karena tidak dapat makan di siang hari, dengan makanan yang tidak sehat di malam hari.
Berjalan di sekitar pusat perbelanjaan dan membeli makanan untuk berbuka merupakan waktu luang favorit bagi keluarga Muslim di bulan Ramadhan. Mal, pertokoan, dan jalan-jalan dipadati orang-orang terutama selama akhir pekan.
Di Johannesburg, para pemuda Muslim biasa bermain sepakbola setelah Tarawih di akhir pekan. []