Oleh: Ustadz Bachtiar Natsir
TAKDIR telah ditentukan sejak zaman azali. Seluruh makhluk ciptaan-Nya sudah memiliki takdir mereka masing-masing. Allah SWT menakdirkan kita sebagai seorang Muslim yang dilahirkan sebagai keturunan penghuni surga, menjadi sebaik-baik mahkluk ciptaan Allah, bahkan kita menjadi sebuah bangsa yang besar.
Bagaimana jadinya jika sebuah negeri dipenuhi dengan orang-orang yang yang berputus asa? Tentunya negeri itu akan hancur.
Kita tidak terlahir bak rumput ilalang yang tumbuh liar. Kita adalah segolongan umat yang didatangkan Allah untuk memberikan optomisme dan kabar gembira kepada dunia, seperti matahari yang selalu terbit.
Begitulah takdir baik bagi orang yang optimis. Dengan bermodal optimis kita bisa menjadi bangsa yang mandiri dengan prinsip berdikari, sedikit saja ada rasa mengemis di dalam hati kepada bangsa lain maka saat itu juga kita akan di miskinkan oleh Allah, prasangka kita adalah penentu masa depan kita.
Ketika kita berprasangka baik, maka kita akan memperoleh kebaikan dari Allah, tapi jika belum apa-apa kita sudah mengira bahwa kita adalah bangsa lemah, maka kelemahan yang akan menjadi ujung perjalanan takdir Allah.
Menjadi pilihan kita ingin merubah nasib atau berdiam diri, jika ingin merubah nasib Allah akan takdirkan baik, jika kita berdiam diri maka semuanya akan berhenti.
Allah akan menolong orang yang mau mengubah dirinya dan meninggalkan orang-orang yang diam.
” Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka” (QS. Ar-Rad :11). []