RASA sakit tentunya bukanlah hal yang menyenangkan. Terlebih, sakit bisa menghalangi berbagai aktivitas ibadah kita selama bulan Ramadhan. Bagi mereka yang berjiwa hanif dan sangat cinta dengan datangnya bulan Ramadhan, tentu akan ada perasaan sedih jika harus melalui bulan Ramadhan yang ditunggu-tunggu dalam keadaaan ia tidak bisa fokus beribadah karena sakit. Bisa jadi sakit yang parah sehingga ia tidak bisa berpuasa sebulan penuh maupun sakit sebentar saja. Tentu ada perasaan sedih jika tidak bisa fokus beribadah di bulan Ramadhan yang mulia.
Sebaiknya kita buang jauh rasa sedih tersebut. Masih banyak hal yang bisa dilakukan bagi mereka yang sakit selama bulan Ramadhan. Banyak jenis ibadah lainnya yang bisa kita lakukan selama sakit di bulan Ramadhan.. Jika masih saja menyesali atau tidak terima dengan takdir penyakit yang begitu beratnya, semoga dengan mengingat dua hal ini akan menjadi lapang:
Pertama: Husnudzan (berprasangka baik) kepada Allah
Allah sangat sayang terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu terhadap anaknya yang lama hilang kemudian ditemukan kembali. Yakinlah musibah ini adalah pengangkat derajat, menghapuskan dosa. Kita pasti bisa menanggungnya karena Allah memberikan beban sesuai kemampuan hamba-Nya.
Dari Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu , beliau menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya. Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami, “Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?” Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اﻟﻠﻪ ﺃﺭﺣﻢ ﺑﻌﺒﺎﺩﻩ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺑﻮﻟﺪﻫﺎ
“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.”[1]
Ulama menjelaskan bahwa yang namanya musibah hanya berat di awal saja. Betapa banyak musibah dahulunya menimpa kita dan bisa kita lewati.
Kedua: Orang yang tidak mendapat ujian di akhirat kelak akan iri terhadap mereka yang mendapat ujian di dunia.
Mereka bahkan berangan-angan kenapa dahulu di dunia mereka tidak banyak mendapat ujian yang berat. Misalnya: kami akan iri terhadap kalian yang terkena kanker ganas stadium akhir kelak di akhirat
Melihat besarnya keutamaan tersebut, pada hari kiamat nanti, banyak orang yang berandai-andai jika mereka ditimpakan musibah di dunia sehingga menghapus dosa-dosa mereka dan diberikan pahala kesabaran. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
ﻳَﻮَﺩُّ ﺃَﻫْﻞُ ﺍﻟْﻌَﺎﻓِﻴَﺔِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺃَﻥَّ ﺟُﻠُﻮﺩَﻫُﻢْ ﻗُﺮِﺿَﺖْ ﺑِﺎﻟْﻤَﻘَﺎﺭِﻳﺾِ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﺮَﻭْﻥَ ﻣِﻦْ ﺛَﻮَﺍﺏِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺒَﻼَﺀِ.
”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di dunia, karena mereka melihat betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di dunia. ”[2]
Bagaimana kita tidak gembira dengan berita ini. Orang-orang yang tahu kita sakit, orang-orang yang menjenguk kita, orang-orang yang menjaga kita sakit, kelak di hari kiamat sangat ingin terbaring lemah seperti kita tertimpa penyakit karena besarnya pahala kesabaran. []
Disusun oleh : dr. Raehanul Bahraen
[1] HR. Bukhari dan Muslim
[2] HR. Baihaqi, lihat ash-Shahihah : 2206
Sumber : www.kesehatanmuslim.com