Oleh: Fitra Arifin
KUCING yang warnanya hitam putih itu diberi nama Tony sama anak-anak kami. Dia adalah anak kucing liar yang suka datang ke rumah karena kami suka menyediakan makanan kucing di beranda. Tony mulai datang ke rumah saat masih sangat kecil, sangat kurus dgn kedua mata yang menonjol.
Kami tidak tahu mana induknya dan dia selalu kelihatan sendiri. Berbeda dengan kucing coklat yang kami namai Tom, dia adalah anak dari Charlie dan Cathy yang memang sudah sejak lama akrab dengan kami dan selalu berada di sekitar rumah.
Tony ini awalnya sangat curigaan, kalau didekati dia marah (hisshing) dan menjauh. Namun belakangan dia gak pernah marah karena anak-anak gak pernah berhenti untuk ngasih makan dan mencoba mengelus dia. Sekarang bahkan Tony selalu minta dielus meskipun dgn cara yang aneh. Dia mengeluskan kepalanya ke tangan, kaki, ke pintu, bahkan mangkok makanan juga.
Kelihatannya dia sangat butuh elusan. Dia selalu datang karena minta makan. Kalau lagi makan, dia yang paling rakus. Self-securenya sangat rendah. Ketika dia lagi makan di satu mangkok dan melihat kucing lain (Tom) makan di mangkok lain maka dia buru-buru pindah ke mangkok Tom. Si Tom yang direbut mangkoknya kemudian pindah ke mangkok si Tony yang ditinggalkan. Tapi si Tony kemudian lihat lalu buru-buru kembali ke mangkoknya dan menghalangi si Tom. Itu terus berulang sampai beberapa kali. Itulah kenapa saya menamainya Tony si Riweuh.
Saya dan istri kadang merasa terganggu sekaligus kasihan dg tingkah si Tony ini. Dia rakus karena self-securitynya yang sangat rendah. Dalam umur yang sangat muda dia tidak mendapatkan kasih sayang induknya dan harus bertarung untuk survive. Sementara si Tom sampai sekarang masih bergulung dg kedua induknya.
Mental kekurangan dan mental berkelebihan sangat tergambar jelas dari kedua sifat anak kucing ini. Meskipun Tony paling rakus, tapi pertumbuhan si Tom jauh lebih baik.
To some extent, manusia memiliki sifat yang sama dg mamalia lain. Riset membuktikan bahwa seorang anak yang tumbuh kekurangan kasih sayang akan jadi orang yang “sulit”, selalu merasa kekurangan, bahkan mudah sakit.
Itulah mengapa Rasulullah memerintahkan kita untuk memuliakan anak yatim. Bahkan memberikan kedudukan istimewa kepada anak yatim dan orang-orang yang memuliakan anak yatim. Karena beliau sangat menyadari betapa pentingnya peran kasih sayang pada seorang anak untuk masa depan anak itu sendiri. []