ISLAM adalah agama yang sempurna yang mengajarkan kebaikan kepada manusia dalam setiap aspek kehidupan. Demikian juga dalam bermuamalah dengan sesama manusia, diajarkan banyak sekali adab-adab yang mulia dalam agama Islam ini. Di antaranya adalah adab yang dituntunkan tatkala menerima tamu.
Dalam Islam, memuliakan tamu juga merupakan sebuah amal shalih yang pahalanya bukan saja akan dibalas oleh Allah SWT di akhirat, tetapi juga akan mendapatkan balasan secara langsung di dunia yang akan segera dirasakan oleh pelakunya. Rasulullah SAW juga pernah bersabda, yaitu.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)
BACA JUGA: Muslim, Begini Adab Memuliakan Tamu dalam Islam
Di antara adab-adab yang mulia dalam menerima tamu adalah sebagai berikut.
1 Pertama: Membukakan pintu sebelum datangnya tamu
Dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman:
“Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka.” (QS. Az-Zumar: 73)
Dalam ayat tersebut, Allah memuliakan hamba-Nya yang beriman dengan membukakan pintu-pintu surga sebelum mereka tiba. Ayat ini mengajarkan adab dalam menerima tamu, yaitu membukan pintu untuk mereka.
2 Kedua: Mengutamakan tamu
Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu menceritakan, “Suatu ketika seorang laki-laki menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya mengadukan, ‘Wahai Rasulullah, aku tertimpa kelaparan.’ Beliau pun mengutus seseorang kepada istri-istrinya. Sayangnya utusan tersebut tidak mendapatkan sesuap makanan pun.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Adakah yang berkenan menjamunya malam ini? Semoga Allah merahmatinya.’ Berdirilah seorang laki-laki dari Anshar sambil mengatakan, ‘Aku wahai Rasulullah.’ Ia pun pergi mendatangi keluarganya dan berpesan kepada istrinya, ‘Ini adalah tamu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Janganlah engkau mengecewakannya sedikit pun.’ Sang istri pun merespon, ‘Demi Allah, aku tidak memiliki apa-apa selain makanan untuk anak-anak.’ Laki-laki itu memberi solusi, ‘Jika anak-anak ingin makan malam, maka tidurkanlah mereka. Lalu kemarilah dan matikanlah lampu. Malam ini kita tidur dengan perut kosong.’
Akhirnya istrinya pun melakukannya. Pagi harinya, laki-laki itu kembali bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pun menyampaikan kabar gembira, ‘Sungguh Allah takjub atau tertawa karena perbuatan Fulan dan Fulanah.’ Lalu Allah Azza wa Jallamenurunkan ayat,
ويؤثرون على انفسهم ولو كان بهم خصاصة
“Dan mereka (Anshar) mengutamakan (Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Kisah tersebut memuat motivasi untuk memuliakan serta memprioritaskan tamu ketimbang diri sendiri sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat tersebut kepada tamu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3 Ketiga: Menambut tamu dengan baik
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu menyampaikan, “Tatkala rombongan ‘Abdul Qais tiba di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengucapkan,
مرحبا بالوفد الذين جاءوا غير خزايا ولا ندامى
“Selamat datang para utusan yang datang tanpa penghinaan dan penyesalan.” (HR. Bukhari no. 6176 dan Muslim no. 17).
Dalam hadits di atas, Nabi memberikan keteladanan dalam menyambut tamu yakni dengan mengucapkan selamat datang serta kalimat yang baik.
4 Keempat: Menjamu serta memuliakan tamu
Dari Abu Syuraih Al-Ka’bi radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من كان يومن بالله واليوم الاخر فليقل خيرا او ليصمت و من كان يومن بالله واليوم الاخر فليكرم جاره من كان يومن بالله واليوم الاخر فليكرم ضيفه جائزته يوم وليلة وضيافته ثلاثة ايام فما كان بعد ذلك فهو صدقة ولا يحل له ان يثوي عنده حتى يحرجه
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata baik atau diam. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya. Jamuan yang wajib yaitu sehari semalam. Sedangkan hak bertamunya adalah tiga hari. Adapun selebihnya maka itu sedekah. Tidak halal bagi tamu untuk tinggal di rumah pemiliknya hingga membuat tuan rumah merasa susah.” (HR. Bukhari no. 5670 dan Muslim no. 3255)
Hadist tersebut menjelaskan bahwa memuliakan tamu termasuk tanda keimanan.
BACA JUGA: Kisah Mualaf, Tertarik kepada Islam setelah Bertamu ke Rumah Teman
Tuan rumah hendaknya menghidangkan jamuan yang istimewa di hari pertama kemudian menyuguhkan makanan yang biasa ia makan di tiga hari berikutnya.
Sedangkan tamu mestinya tidak menginap lebih dari tiga hari sehingga akan membuat tuan rumah merasa terganggu dan tidak nyaman. []
SUMBER: MUSIMAH