AJARAN Islam bukan bahan olok-olok. Sayangnya di abad informasi seperti saat ini, mengolok-olok agama ibarat hal yang lumrah. Padahal tindakan ini bukan urusan sepele. Allah SWT tak segan memberi pelajaran bahkan azab bagi pengolok-olok agama.
Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: ‘Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa,'” (QS At-Taubah: 65-66).
BACA JUGA: Dianggap Hina Agama, Film The Nun Dilarang Tayang di Bioskop Lebanon
Mengolok-olok ajaran Islam bukan kasus baru dan telah sering terjadi. Pada zaman sekarang maupun zaman dahulu, mengolok-olok agama dilakukan oleh berbagai kalangan, tua maupun muda. Beberapa bentuk penistaan terhadap agama di antaranya:
1. Pelecehan dalam bentuk perbuatan, bahasa tubuh atau gambar
Inilah yang sering disaksikan pada zaman sekarang. Penghinaan ibadah sholat oleh sekelompok pemuda, menghina Rasulullah dalam bentuk karikatur, membuat terompet dari jilid Al-Quran atau pelecehan terhadap Muslimah.
2. Pelecehan dalam bentuk sindiran terhadap Islam dan hukum-hukumnya
Contohnya orang yang mengejek hukum hudud dalam Islam, semisal potong tangan dan rajam dengan sebutan hukum barbar. Menyebut Islam sebagai agama kolot dan terbelakang. Menyebut syariat thalak dan ta’addud zaujaat (poligami) sebagai kezhaliman terhadap kaum wanita. Atau ucapan bahwa Islam tidak cocok diterapkan pada zaman modern dan ucapan-ucapan sejenisnya.
3. Pelecehan dalam bentuk ejekan dan sindiran terhadap syi’ar-syi’ar agama dan orang-orang yang mengamalkannya
Sering kita mendengar seorang Muslim yang taat memelihara jenggotnya dengan ejekan “kambing” atau seorang Muslim yang memakai celana tidak melebihi mata kaki dengan ejekan.“pakaian kebanjiran.”
BACA JUGA: Ketika Agama Saya ‘Dihina’
4. Pelecehan dalam bentuk pelesetan-pelesetan yang menghina agama
Yahudi adalah pelopor dalam membuat pelesetan-pelesetan yang menghina Allah, Rasul-Nya dan Islam. Sikap mereka ini telah disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (Muhammad): ‘Raa’ina, tetapi katakanlah: ‘Unzhurna,’ dan ‘dengarlah.’ Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.” (QS Al Baqarah: 104).
Raa’ina artinya “Sudilah kiranya kamu memperhatikan kami.” Saat para sahabat menggunakan kata-kata ini kepada Rasulullah SAW dan kaum Yahudi ikut memakainya pula. Namun Yahudi pelesetkan kata Raa’ina menjadi ru’unah, artinya ketololan yang amat sangat.
Ini sebagai ejekan terhadap Rasulullah SAW. Oleh karena itulah, Allah SWT menyuruh para sahabat agar menukar perkataan raa’ina dengan unzhurna, yang juga sama artinya dengan raa’ina.
Tak hanya itu, kata Assalamualaikum juga dipelesetkan oleh Yahudi menjadi “as saamu ‘alaikum,” yang artinya “semoga kematianlah atas kamu.” Mereka tujukan ucapan itu kepada Rasulullah SAW.
Apalagi saat ini tengah ramai istilah ‘teroris’ yang digunakan Barat untuk menghina umat Islam. Imbasnya, jika ada orang taat menjalankan ajaran Islam, ia kerap dicap dan diejek dengan sebutan teroris dan lain sebagainya oleh teman-teman sekantornya. Yang sangat memprihatinkan adalah para pelaku pelecehan dan pengejekan itu adalah dari kalangan kaum Muslimin sendiri.
Apapun bentuk penistaannya, tindakan ini tetaplah berdosa. Bahkan Allah mencap orang-orang yang mengolok-olok agama sebagai orang-orang yang kafir setelah beriman. []
SUMBER: ALMANHAJ