SEBAGIAN orang takut menikah. Bahkan mungkin ada yang sudah meniatkan diri untuk tidak mengarungi bahtera rumah tangga. Dia memilih hidup sendiri hingga tua dan ajal menjemputnya.
Bagi seorang muslim, menikah bukan soal mau atau tidak. Menikah soal menaati perintah Rasulullah SAW. Karena menikah merupakan sunnahnya, sehingga tidak boleh seorang muslim sengaja meniatkan diri untuk tidak menikah.
Dalam sisi keilmuan. Perasaan takut yang berlebihan akan komitmen atau pernikahan disebut dengan Gamophobia. Istilah tersebut diambil dari bahasa Yunani yakni Gamos (pernikahan) dan Phobos (menikah).
Jadi, apabila digabungkan secara harfiah, keduanya memiliki arti ‘rasa takut untuk menikah’. Alasannya pun bermacam-macam. Di antaranya sebagaimana yang tertera sebagai berikut:
BACA JUGA:Â Menikah dengan Sepupu, Bahaya?
1 Trauma dengan cerita buruk pernikahan
Memang banyak cerita pernikahan yang tak seindah di negeri dongeng, ada yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, ada yang menjadi korban perselingkuhan, ada yang menjadi korban bully-an mertua dan ipar.
Tapi kalau cerita buruk pernikahan orang lain menjadi alasan kita takut untuk menikah, rasanya ko tidak nyambung. Ibaratnya, dengar cerita banyak kecelakaan di jalan, trus habis itu kita jadi takut ke jalan, maunya di rumah terus aja, bagus begitu?
Percayalah bahwa setiap orang akan punya cerita yang berbeda tentang pernikahannya. Tidak semuanya buruk, dan tidak semuanya senang. Tapi intinya, sangat tidak bijak jika merasa trauma atas musibah yang menimpa rumah tangga orang lain, bahkan meskipun rumah tangga orangtua kita sendiri.
2 Takut terenggut kebebasan
Nah, banyak sekali orang takut nikah karena takut terenggut kebebasannya. Padahal ada pasangan yang justru semakin bebas setelah mereka nikah. Tinggal paradigmanya saja yang perlu diubah. Berarti, orang-orang tipe ini berpendapat bahwa pernikahan mirip penjara.
Padahal, bagi sebagian orang lainnya, pernikahan justru menjadi gerbang surganya. Jadi pernikahan itu penjara atau surga tergantung pemikiran kita sendiri.
3 Takut kekurangan secara financial
Setelah menikah takut sepi orderan, takut uang penghasilan jadi terbagi untuk pasangan, terbagi untuk anak istri. Ini paradigma orang yang tidak yakin kalau rezeki itu semakin dibagi semakin bertambah banyak dan berkah. Keyakinan takut menjadi sengsara sehabis menikah itu yakin bahwa rezeki itu berasal dari gaji, bukan dari Allah.
4 Takut perceraian
Nikah aja belum, tapi banyak juga yang sudah takut cerai. Ini ibarat takut bangkrut sebelum mulai usaha, takut kalah sebelum turun ke medan pertempuran.
Semua ketakutan itu harusnya musnah, jika kita meyakini  adanya Allah yang telah mengatur kehidupan.
BACA JUGA:Â Terkenal Kaya Raya, Ini Mahar Abdurrahman bin Auf ketika Menikah
Pernikahan itu bukanlah sesuatu yang layak ditakuti, justru pernikahan dapat membawa ketentraman karena sesuai dengan fitrah manusia.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir,” (Qs. Ar. Ruum : 21).
“Wahai manusia, bertakwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali,”(Qs. An Nisaa : 1). []
SUMBER: ANINDAONLINE