SETIAP orang beriman pasti akan diberi ujian atau musibah. Tujuannya tidak lain untuk menguji seberapa besar keimanan mereka kepada Allah. Namun keadaan manusia yang tertimpa musibah berbeda-beda sesuai kadar keimanan.
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin, keadaan manusia ketika tertimpa musibah terbagi dalam beberapa tingkatan:
Pertama: Orang yang Bersyukur
Kedua: Orang yang Ridha
Ketiga : Orang yang Bersabar
Keempat : Orang yang Berputus Asa
Adapun orang yang berputus asa, maka ia hanya akan melakukan suatu perbuatan yang dilarang. Yakni, marah terhadap ketetapan Allah Rabb Semesta Alam. Milik-Nya lah segala kekuasaan dan Ia berhak berbuat sekehendak-Nya.
Dan adapun orang yang bersabar, sungguh dia telah melakukan kewajibannya (yaitu bersabar). Dan yang dimaksud bersabar adalah seseorang menanggung musibah dengan sabar. Yakni dia memandang bahwasannya musibah yang menimpanya itu pahit, berat dan sulit. Namun ia menanggungnya dan menahan dirinya dari perbuatan yang haram. Yang demikian ini adalah kewajiban.
Dan adapun orang yang ridha. Yakni, orang yang tidak tersibukkan atas musibah yang menimpanya. Dia memandang bahwa musibah ini datangnya dari sisi Allah SWT dan dia ridha, dengan keridhaan yang sempurna. Dan tidaklah menjadikan di dalam hatinya rasa kecewa dan menyesal atasnya.
Karena dia ridha, yakni dengan keridhoan yang sempurna. Keadaannya yang demikian ini lebih tinggi dari keadaan orang yang bersabar. Keridhaan yang seperti itu adalah lebih utama (mustahab), akan tetapi bukanlah merupakan suatu kewajiban.
Dan adapun orang yang bersyukur, dia bersyukur kepada Allah atas musibah ini. Bagaimana caranya dia dapat bersyukur kepada Allah? Sedangkan hal tersebut adalah sebuah musibah?
Jawabannya ada dari dua sisi.
Pertama: Dengan melihat seseorang yang tertimpa musibah yang lebih besar. Kemudian dia bersyukur kepada Allah karena dia tidak tertimpa musibah seperti itu. Rasulullah bersabda:
“Janganlah kalian melihat orang yang di atas kalian (kenikmatan duniawinya), dan lihatlah orang yang berada di bawah kalian. Karena yang demikian itu, akan menjadikan kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua: Dia mengerti dengan adanya musibah ini akan diampuni dosa-dosanya. Akan di angkat derajatnya jika dia bersabar. Dan segala sesuatu yang ada di akhirat itu lebih baik dibandingkan dengan apapun yang ada di dunia. Maka dia pun bersyukur kepada Allah.
Dan perlu dipahami bahwa manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang sholeh, lalu orang terbaik setelahnya dan terbaik lagi seterusnya.
Maka hendaknya seseorang berharap menjadi bagian dari orang-orang yang sholeh karenanya. []
Sumber: http://forumsalafy.net/pembagian-jenis-orang-yang-tertimpa-musibah/