WAKTU , yang sering dijumpai yang pula sering disiakan. Allah bersumpah, Demi Waktu, sesungguhnya manusia senantiasa berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh serta saling menasihati kebaikan dan kesabaran. (Al-Ashr: 1-3)
Satu adagium menyebutkan, “waktu seperti pedang yang, jika kita tidak bisa mengelaknya, maka dia akan menyelak kita.”
Ya, betapa susahnya. Terbuang begitu saja.
BACA JUGA: Pekerjaan yang Dipuji oleh Rasulullah SAW
Waktu yang tersedia hendaknya dapat digunakan menurut kepentingannya. Tujuan yang hendak dicapai dalam penggunaan waktu harus jelas manfaatnya.
يَنبَغِي لِلعَاقِل مَالَمْ يَكُنْ مَغْلُوْبًا عَلَى عَقْلِهِ اَنْ يَكُوْنَ لَهُ اَرْبَعُ سَاعَاتٍ: سَاعَةً يُنَاجِيْ فِيْهَا رَبُّهُ, وَسَاعَةً يُحَاسِبُ فِيهَا نَفْسَهُ , وَسَاعَةُ يَتَفَكَّرُ فِيْ صُنْعِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ, وَسَاعَةُ يَخْلُوا فِيْهَا لِحَاجَتِهِ مِنَ المَطْعَمِ وَالمَشْرَبِ – رواه ابن حبان
“Orang yang berakal dan dapat mengendalikan akalnya, seharusnya memilliki empat waktu: pertama, waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya. Kedua, waktu untuk mengintrospeksi diri. Ketiga, waktu untuk memikirkan ciptaan Allah. Keempat, waktu untuk memenuhi kebutuhan jasmani seperti makan dan minum.” (HR.Ibnu Hibban)
BACA JUGA: Bagaimana Islam Memandang Waktu?
Dari hadits di atas, setidaknya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam hidup ini, kita selaku manusia—makhluk berakal harus dapat mengendalikan diri untuk empat waktu:
- Waktu untuk bermunajat kepada Allah s.w.t
- Ada waktu untuk mengintrospeksi diri
- Waktu untuk bertafakkur atau memikirkan ciptaan Allah
- Pun begitu dengan waktu memenuhi kebutuhan jasmani, seperti makan dan minum
Tidak yang lain. Mari kita sama-sama bermujahadah sungguh-sungguh untuk hidup dengan manajemen dari Rasulullah s.a.w tersebut. Sebisa mungkin. []
Sumber: Persiapan Menghadapi Hari Esok/ Karya H.M Syureich