Oleh: Suryandi Temala Sip, dari Materi Khutbah Jumat Mesjid Raya Pekanbaru 5 Sept 2014
KETIKA Allah subhanallahu wa ta’ala menciptakan manusia, Allah memiliki maksud tertentu yaitu menjadi hamba yang menyembahNya sebagaimana tertera di dalam firmanNya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku,” (Adz-Dzariyat 56).
Lalu kemudian orang-orang akan bertanya, kalau lah memang diciptakan untuk menyembah Nya, kenapa kita tidak diciptakan seperti malaikat yang tidak perlu makan, minum, tidur dan bergaul dengan ahli keluarga.
BACA JUGA: Cara Pejuang Muslim Melawan Penjajahan Belanda
Sehingga kita bisa beribadah dengan tenang, tanpa perlu risau urusan perut, kerongkongan yang haus dahaga, atau nafsu yang harus dipenuhi?
Mengapa kita harus bekerja untuk memenuhi hajat hidup kita?
Jawabannya tertera di dalam sebuah ayat ini:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al Jumu’ah [62]: 10).
Adalah perintah Allah Azza wa Jalla untuk mencari karunia Allah di muka bumi, dan mematuhi perintah Allah adalah sebuah ibadah.
Lalu hal ini diperkuat oleh hadis Nabi ﷺ, diriwayatkan, beberapa orang sahabat melihat seorang pemuda kuat yang rajin bekerja. Mereka pun berkata mengomentari pemuda tersebut, “Andai saja ini (rajin dan giat) dilakukan untuk jihad di jalan Allah.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam segera menyela mereka dengan sabdanya, “Janganlan kamu berkata seperti itu. Jika ia bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk menafkahi kedua orang-tuanya yang sudah tua, maka ia di jalan Allah.
Dan jika ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya, maka ia pun di jalan Allah. Namun jika ia bekerja dalam rangka riya atau berbangga diri, maka ia di jalan setan.” (HR Thabrani, sahih).
Maka sudah jelas bahwasanya bekerja adalah sebuah bentuk ibadah.
Lalu bagaimana sebaik seorang muslim memperlakukan sebuah pekerjaan? Jadilah muslim profesional.
Ada 4 kiat menjadi muslim yang profesional, yaitu:
Niat bekerja karena menjalankan Allah
Baginda ﷺ bersabda “Innamal a’malu binniyat”, apapun pekerjaannya selalu dimulai dengan yang semata-mata mengharap keridhoan Allah Azza wa Jalla.
Lakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian
Nabi ﷺ bersabda di dalam hadis sahih yang diriwayatkan Al-Bukhari
إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ ؛ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
Apabila suatu pekerjaan disandarkan/dipercayakan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah waktu nya (kiamat dan kehancuran)
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti/mengatakan apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isra 36)
Di dalam tafsir At-Thobari disebutkan bahwa makna “laa taqfu” bisa bermakna jangan ikuti dan bisa bermakna jangan katakan, namuh keduanya memiliki esensi yang sama yaitu jangan mengerjakan sesuatu yang kamu tidak tahu.
Lakukan pekerjaan dengan cara yang benar dan sungguh-sungguh
Baginda ﷺ bersabda:
إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقمه
Sesungguhnya Allah SWT menyukai apabila salah seorang dari kamu melakukan suatu pekerjaan dengan sungguh-sungguh (profesional). (HR. Baihaqi)
BACA JUGA: 7 Tokoh Muslim yang Dikenal sebagai Penjelajah Dunia
Islam mengajarkan tanggungjawab di dalam suatu pekerjaan, baik yang bersifat ibadah mahdah atau pekerjaan lainnya.
Lakukan suatu pekerjaan dengan cara yang benar, karena suatu pekerjaan yang baik apabila dilakukan dengan cara yang salah maka tidak akan kendatang kebaikan apapun.
Jangankan pekerjaan duniawi, ibadah yang seharusnya mendatangkan pahala apabila dilakukan dengan cara yang salah maka tidak ada kebaikan dan pahalanya sama sekali malah mendatangkan dosa.
Contohnya berpuasa itu baik, tetapi kalau dilakukan dihari tasyriq maka hukum nya haram, tidak dapat pahala malah berdosa.
Pastikan bahwa pekerjaan yang kita lakukan bermanfaat dan tidak mendatangkan mudharat
Nabi ﷺ bersabda:
لا ضرر ولتضرار (رواه ابن ماجه)
Jangan melakukan kemudharatan dan jangan memudharatkan orang lain. []