Oleh: Tuti
mabdagabek000@gmail.com
SETIAP muslim wajib mengimani taqdir baik buruknya datang dari Allah SWT. Karena iman terhadap taqdir bagian dari rukun iman yang enam. Hanya saja, acapkali ketika iman lemah, setiap kebaikan dan kenikmatan dianggap takdir baik atau ganjaran pahala. Sebaliknya setiap keburukan dan musibah dianggap taqdir buruk atau hukuman. Benarkah demikian?
Keimanan pada Allah, menuntun muslim tak sekadar meyakini Allah sebagai al Khaliq (Sang Pencipta) tapi juga al Mudabbir (Sang Pengatur). Al Khaliq pastilah Maha Penyayang melebihi hambaNya menyayangi diri sendiri. Al Khaliq pastilah Maha Mengetahui keadaan yang terbaik bagi hambaNya melebihi pengetahuan hamba itu sendiri. Pun al Mudabbir pastilah mengatur jalan dan proses hidup yang terbaik bagi hambaNya.
Keimanan ini akan menuntun diri untuk berhusnudzhan (berprasangka baik) pada Allah. Bahwa dalam setiap taqdirNya, ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Taqdir terbaik dan selalu terbaik bagi hambaNya. Keyakinan diri bahwa ada hikmah dibalik setiap taqdirNya. Sehingga akan menerima apa yang sudah menjadi ketetapan Allah dengan cara berserah diri padaNya.
BACA JUGA: Benarkah Doa Bisa Mengubah Takdir?
Keimanan ini akan menuntun diri tak bersuudzhan (berprasangka buruk) pada Allah. Karena suudzhan pada Allah tak pantas. Suudzhan secara tak langsung ‘menyematkan’ Allah pada sifat zalim. Padahal Maha Suci Allah dari apa yang disifatkan tersebut. Allah tak akan menzalimi hambaNya. Karena zalim bukanlah sifat al Khaliq. Sehingga suudzhan amat tercela, akan menjerumuskan diri pada dosa.
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
Artinya : Allah SWT berkata : Aku menurut prasangka hamba-Ku (HR.Bukhari Muslim).
Hikmah Takdir
Untuk berhusnudzhan pada Allah, penting kiranya setiap muslim menyadari dan memahami takdir berupa musibah/cobaan. Sehingga menjadikan diri beramal shalih saat sulit sekalipun dan panen pahala dalam setiap musibah/cobaan.
Pertama, musibah/cobaan bagian dalam qada (ketetapan Allah di luar kekuasaan manusia) maka hamba wajib menyandarkan segala sesuatu terjadi atas izinNya. Qada tersebut dibangun atas dasar ilmuNya untuk kebaikan dan kemudahan hidup hambaNya.
Allah SWT berfirman:
وَعَسٰۤى اَنۡ تَكۡرَهُوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ خَيۡرٌ لَّـکُمۡۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تُحِبُّوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمۡؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ وَاَنۡـتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ
Artinya : Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS. al Baqarah ayat 216).
يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ
Artinya : (Dengan ketetapan yang demikian itu) Allah menghendaki kamu beroleh kemudahan, dan Ia tidak menghendaki kamu menanggung kesukaran (QS. Al Baqarah ayat 185).
Tak ada jalan lain, dalam menyikapi musibah/cobaan ini selain sabar dan ikhlas. Karena hakikatnya Allah sedang menguji apakah hambaNya sabar ataukah kecewa dengan musibah/cobaan tersebut. Kesabaran memang berat tapi anugrah untuk hamba pilihanNya. Kesabaran memang ‘sakit’ tapi selalu berbuah manis yaitu ampunan dan rahmatNya.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
Artinya: Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. Al Baqarah ayat 155-157).
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
Artinya: “Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran.” (HR Bukhari No 1469).
Kedua, musibah/cobaan sesuai kadar kemampuan hambaNya. Allah memberikan hambaNya musibah/cobaan, untuk melihat seberapa besar kadar keimanan hambaNya. Sehingga perlu memahami bahwa Allah tak akan memberi musibah/cobaan hamba di luar batas kemampuannya. Yakinkan diri Allah tak salah memilih pundak. Yakinkan diri pundak mampu memikul musibah/cobaan dengan taburan pahala dariNya. Allah SWT berfirman :
اۨلَّذِىۡ خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَالۡحَيٰوةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ اَيُّكُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الۡغَفُوۡرُۙ
Artinya : Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun (QS. Al Mulk ayat 2).
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ
Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS. Al Baqarah ayat 286).
Ketiga, musibah/cobaan tanda sayang Allah. Harus dipahami ada musibah/cobaan yang Allah berikan akibat perbuatan maksiat hambaNya. Musibah/cobaan adalah cara Allah memperingatkan dan menyadarkan hambaNya bahwa kemaksiatan hanyalah merugikan diri sendiri.
Ini adalah tanda sayang Allah, untuk menjauhkan hambaNya dari kezaliman yang lebih parah dan hukuman akhirat. Sehingga musibah/cobaan menjadi jalan bertaubat dan membersihkan diri dari dosa.
وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ
Artinya : Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu) (QS. Asy-Syura ayat 30).
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Artinya : Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah)
BACA JUGA: 4 Cara Mengubah Takdir, Apakah Bisa?
Keempat, musibah/cobaan sarana untuk bersyukur. Muslim haruslah memahami bahwa dalam kehidupannya terjadinya musibah/cobaan tak setara dengan kenikmatan dariNya. Dipastikan kenikmatan dariNya jauh berlimpah. Sehingga musibah/cobaan dapat menjadi sarana melatih diri mensyukuri ketetapan Allah. Musibah/cobaan menjadi sarana untuk taat dan mendekatkan diri padaNya.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim ayat 7).
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya : Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim).
Wallahu a’lam bishshawwabi. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.