ABDULLAH bin Mubarak berkata: “Ada seorang hakim (orang yang sangat arif dan bijaksana) telah mengumpulkan 40 ribu Hadits, kemudian dipilihnya lagi hingga menjadi 4 ribu Hadits, lalu dipilihnya lagi hingga menjadi 400 Hadits, lalu dipilihnya lagi hingga menjadi 40 Hadits. Dari 40 Hadits ini ia simpulkan 4 kalimat, yaitu:
1. Jangan memberi kebebasan sepenuhnya terhadap istrimu dalam segala hal;
2. Jangan tertipu oleh harta dalam segala hal;
3. Jangan mengisi perutmu dengan makanan/minuman yang tidak mampu ditampung oleh perutmu;
4. Jangan mengumpulkan ilmu apa pun yang tidak bisa memberi kemanfaatan.”
Jangan memberi kebebasan sepenuhnya terhadap istri dalam segala hal, maksudnya adalah setiap suami sudah seyogyanya memiliki rasa cemburu agar jangan ada lelaki lain yang mengganggu miliknya.
Jangan tertipu oleh harta maksudnya adalah jangan sampai berkeyakinan bahwa dengan memiliki harta, Anda pasti akan selamat dari bencana, sehingga Anda melupakan semua urusan lain selain harta. Begitu juga, Anda jangan tertipu oleh banyaknya harta.
Berkaitan dengan poin nomor 3, Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:
“Sumber segala penyakit ada kaitannya dengan perut yang kekenyangan.” (HR. Daruquthni melalui Anas. Ibnu Sinni dan Anu Na’im melalui ‘Ali. Ibnu Sa’id melalui Az-Zuhri)
Maksud Hadits ini adalah bahwa sumber segala macam penyakit itu berhubungan erat dengan ketidakmampuan lambung dalam mencerna makanan. Yakni makan dengan cara menjejalkan terus makanan ke mulut sehingga tidak sempat dikunyah atau memasukkan minuman sesudah makanan atau memasukkan minuman di antara dua suapan makanan, tanpa mengunyah suapan yang pertama terlebih dahulu.
Berkaitan dengan poin nomor 4, diriwayatkan bahwa pernah ada seorang lelaki berkata kepada Abu Hurairah: “Aku ingin mempelajari ilmu, tetapi aku takut kalau menyia-nyiakannya.”
Abu Hurairah berkata: “Sudah cukup dikatakan menyia-nyiakan ilmu bila engkau sendiri tak mau mempelajarinya.”
Imam Syafi’i berkata: “Di antara tipu daya setan adalah meninggalkan amal karena takut dikatakan riya’.”
Imam Syafi’i berkata lagi: “Barangsiapa mempelajari Al-Qur’an, maka tinggilah nilai dirinya. Barangsiapa mempelajari ilmu fiqih, menjadi mulialah kedudukannya. Barangsiapa menulis Hadits, maka kuatlah hujjahnya. Barangsiapa mempelajari aritmatika, maka cemerlanglah pikirannya. Barangsiapa mempelajari bahasa Arab, maka haluslah perangainya. Dan barangsiapa tidak bisa memelihara dirinya, maka ilmunya tidak akan bermanfaat.” []
Sumber: Terjemah Nashaihul Ibad, Karya Syekh Nawawi Al-bantani, Penerbit Pustaka Amani Jakarta.