NABI shalallahu alaihi wasallam bersabda: Empat macam mutiara yang ada pada diri manusia dapat hilang oleh empat perkara yang lain. Empat mutiara itu ialah: Akal, agama, haya, dan amal shalih.
1. Kemarahan dapat menghilangkan akal.
2. Hasud dapat menghilangkan agama.
3. Tamak dapat menghilangkan haya (malu), dan
4. Gibah dapat menghilangkan amal saleh.
Akal, ialah permata ruhani ciptaan Allah SWT yang dititipkan kepada manusia, sehingga manusia dapat mengetahui yang hak dan yang batil. Akal juga menjadi suatu pembeda antara manusia dengan binatang. Dalam istilah antropologi manusia disebut hewan yang berpikir (berakal).
BACA JUGA: Amal Terjaga dengan Ilmu
Agama, ialah aturan Allah yang mengimbau orang-orang yang berakal untuk menerima apa-apa yang dibawa oleh Rasul. Tanpa agama, kehidupan seseorang akan hancur. Begitu pula dalam skala yang besar, jika banyak manusia yang tidak beragama dan bersikap layaknya memiliki agama, maka kehidupan niscaya akan cepat hancur.
Hasud, ialah mengharapkan lenyapnya kenikmatan yang ada pada diri orang lain. Orang yang hasud tidak pernah senang jika orang lain medapatkan kesenangan atau kegembiraan.
Tentang marah, diriwayatkan bahwa nabi Saw. bersabda, “Hai Muawiyah takutlah kamu akan marah, karena sesungguhnya kemarahan itu dapat merusak iman, sebagaimana gandria merusak madu (menjadi pahit).” (HR. Baihaqi).
Tentang hasud, diriwayatkan bahwa nabi Saw. bersabda, “Takutlah kamu akan hasud, karena sesungguhnya hasud itu dapat memakan (menghapus) pahala sebagaimana, api membakar kayu.”
BACA JUGA: Inilah Amalan yang Sia-sia
Adapun tamak, merupakan sikap mencintai sesuatu atau mengharapkan pemberian dari orang lain. Rasa cinta atau rasa ingin diberi cenderung menjurus kepada hilangnya haya atau rasa malu. Karena ingin mendapatkan suatu pemberian, biasanya seseorang mau bersikap seperti tidak punya rasa malu.
Kemudian ghibah, ialah menceritakan kejelekan orang lain di belakangnya, dan kejelekan itu memang benar adanya. Apabila kejelekan itu tidak ada pada orang yang dibicarakan, maka dustalah namanya. []
Sumber: Terjemah Nashaihul Ibad/ Karya Ibnu Hajar Al-Asqalani/ Penerbit Pustaka Amani Jakarta.