Oleh: Yoshi Putra Pratama
MEMILIKI anak adalah dambaan semua para ayah dan bunda. Tak sedikit para ayah dan bunda yang meneteskan air mata ketika buah hatinya terlahir di dunia. Dan tak sedikit pula seorang ayah dan bunda tang belum dikaruniai buah hati sehingga harus bersabar menanti si buah hati. Akan tetapi apakah titipan buah hati tersebut sudah benar-benar menjadi aset bagi mereka?
Dari sahabat Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Manusia meninggal Dunia maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga hal, Shadaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, atau Anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
BACA JUGA: Uququl Walidaini, Pintu Neraka bagi Anak Durhaka
Dari kecil sudah dimasukkan ke play group favorit , TK, SD, SMP, SMA, bahkan sampai ke perguruan tinggi yang tidak sedikit uang harus dirogoh untuk pendidikan tersebut, dengan harapan menjadikan anak-anak sukses, menjadi orang berada, tidak ketinggalan zaman, ikut trendi meskipun muatan ilmu agama yang dipelajari hanya sedikit.
Akan tetapi para pembaca yang semoga allah merahmati kita semua, betapa sedih kita ketika mendengar berita bahwa ada seorang anak ketika beranjak remaja atau dewasa yang tega memukul ibunya ketika tidak diberi uang jajan, betapa sedih ketika melihat berita bahwa ada seorang pemuda yang tega membunuh ayahnya karena tidak dibelikan motor baru atau hanphone baru, sedih rasanya hati ini ketika mengetahui pada hari ini banyak remaja yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
Padahal Rasulullah SAW bersabda :
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
“Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-islami), ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala), seperti binatang yang melahirkan binatang, apakah kamu melihat unta di sana?”. (H.R. Bukhari Nomor 1296)
Jadi apa yang menyebabkan anak yang lahir secara fitrah bisa menjadi anak yang durhaka waliyyadzubillah?
1 Memilih pasangan yang kurang baik
Ini khusus bagi yang belum atau yang mau menikah. Memilih pasangan adalah hal yang paling utama sebelum mengarungi mahligai rumah tangga.
Oleh karenanya wasiat dari rasulullah SAW ketika memilih pasangan, beliau bersabda :
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita (biasanya) dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR Bukhori Nomor 5090 dan Shohih Muslim Nomor 1466 )
2 Orangtua tidak menanamkan adab-adab Islami sejak dini
Adab-adab di dalam agama sangatlah penting untuk ditanamkan kepada buah hati sejak dini. Karena anak-anak itu seperti gelas yang bersih bening, tergantung bagaimana orangtua mewarnainya.
Dalam sebuah riwayat dari Imam Ibnu Majah dari Anas Bin Malik ketika menyampaikan hadits dari Rasulullah SAW, beliau bersabda :
أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا أَدَبَهُمْ
“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaguslah akhlak mereka”. (HR. Ibnu Majah Nomor 3661)
Merupakan sunnah ketika orang tua mengajarkan adab-adab Islam yang dasar kepada anak-anak, seperti adab makan, adab berbicara kepada yang lebih dewasa, adab meminta izin, adab meminjam, adab berpakaian, dan adab-adab Islami yang lainnya.
BACA JUGA: Durhaka kepada Ibu Dibalas dengan Kelumpuhan
3 Ayah dan Bunda tidak menjadi qudwah (teladan) dalam menerapkan adab-adab Islami
Ini terkadang hal yang sering dilupakan oleh para ayah dan bunda ketika mereka mendidik buah hati mereka, ternyata mereka yang paling pertama melanggarnya.
Kita sering mendengar pepatah “satu contoh lebih baik dari 1000 perkataan”. Ini patut untuk dicamkan. Agar perkataan kita memiliki atsar yang luar biasa kepada buah hati maka, ayuk kita memberikan contoh kepada mereka.
Kalau boleh kita istilahkan anak kecil itu seperti mesin fotokopi, maksudnya apa yang ia lihat ia akan tiru. Apapun itu entah baik maupun buruk. Mereka belum mampu membedakan yang ada adalah tiru, tiru dan tiru.
Jadi sekarang tergantung Anda, jika menginginkan buah hati yang nantinya menjadi orang baik dan orang hebat, berilah mereka contoh yang baik dan yang hebat pula.
4 Tidak mendoakan buah hati agar menjadi anak yang sholih dan sholihah
Doa adalah senjatanya orang-orang yang beriman, ketika diucapkan dibumi do’a bisa menembus langit. Dimalam yang sunyi sepertiga terakhir mari bangun, ambil air wudhu, hamparkan sajadah, rukuk dan sujud kepada allah. Meminta kepada Rab alam semesta agar keturunan kita menjadi anak yang sholih dan sholihah.
Bahkan nabi pun mereka juga memohon kepada allah agar diberikan keturunan yang sholih dan sholihah.
Allah SWT berfirman :
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (Q.S. Ali Imran 38)
Sebenarnya sangat banyak kiat-kiat yang dapat dilakukan agar seorang muslim memiliki buah hati yang menyejukkan pandangan, menjadi aset kita, baik di dunia maupun di akhirat.
Akan tetapi mudah-mudahan empat poin di atas bisa menjadi asas kita dalam mendidik calon mujahid dan mujahidah kita kelak. Meninggalkan cara mendidik yang buruk dari sekarang dan meningkatkan cara mendidik yang Islami kepada buah hati. []
SUMBER: WAHDAH