KAMU hanya bisa merasa nyaman dengan kemaksiatanmu, lalu mengapa kamu tidak mencoba untuk merasakan kenyamanan dalam ketaatanmu?
1. Kenikmatan Kemaksiatan yang Sementara
Dalam kehidupan, sering kali kita merasa terjebak dalam perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama atau nilai-nilai kebaikan. Misalnya, seseorang mungkin terjebak dalam dosa seperti berbohong, mencuri, berzina, atau melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
Meskipun tindakan-tindakan ini jelas salah, kadang-kadang ada perasaan “kenikmatan” yang timbul dari perbuatan tersebut—entah itu karena kepuasan sementara, rasa bebas, atau kesenangan yang datang dari memenuhi hawa nafsu.
Namun, kenyamanan yang datang dari kemaksiatan ini bersifat sementara dan tidak pernah membawa kebahagiaan yang sejati. Mungkin ada kepuasan sesaat, tetapi perasaan itu sering diikuti oleh rasa bersalah, penyesalan, atau kehampaan. Seseorang yang terus-menerus terlibat dalam kemaksiatan akan merasa semakin kosong, kehilangan arah hidup, dan terisolasi dari kedamaian hati.
BACA JUGA: Mengapa Banyak yang Bermaksiat di Kala Sendiri?
2. Mengapa Tidak Mencoba Kenyamanan dalam Ketaatan?
Pada saat kita merasa nyaman dengan kemaksiatan, kita sebenarnya sedang terjebak dalam sebuah ilusi kebahagiaan yang bersifat sementara. Banyak orang mungkin sudah merasa “nyaman” dengan cara hidup tersebut, tetapi tidak pernah mencoba merasakan kenyamanan yang sejati dalam ketaatan kepada Allah.
Ketaatan dalam Islam bukan hanya sekadar mengikuti aturan atau perintah agama, tetapi lebih kepada mencari ketenangan batin yang hanya bisa didapatkan dengan menjalani hidup sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Ketika kita melakukan ibadah, seperti shalat, puasa, sedekah, dan menjauhi larangan-Nya, kita merasakan kedamaian hati yang jauh lebih mendalam daripada kenikmatan sementara dari perbuatan dosa.
Kenyamanan dalam ketaatan mungkin tidak langsung terasa mudah atau menyenangkan seperti kemaksiatan, terutama pada awalnya. Namun, jika kita terus berusaha dan istiqamah, kita akan merasakan betapa besar kedamaian yang datang dari menjalani hidup dengan penuh keyakinan bahwa kita mengikuti jalan yang benar. Ketaatan membawa kita lebih dekat kepada Allah, dan semakin dekat kita dengan-Nya, semakin kita merasa tentram, meskipun hidup ini penuh dengan ujian.
3. Mengapa Mencari Kenikmatan dalam Ketaatan?
Ketaatan kepada Allah memberikan ketenangan yang hakiki—ketenangan yang tidak bisa diberikan oleh kesenangan duniawi. Salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang menggambarkan hal ini adalah:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)
Ini menunjukkan bahwa hati yang terus-menerus mengingat Allah melalui dzikir, doa, dan ibadah akan merasakan ketenangan yang tidak bisa didapatkan dari hal-hal duniawi. Ketaatan kepada Allah mengarahkan hidup kita kepada tujuan yang lebih mulia dan lebih besar, yaitu kebahagiaan abadi di akhirat.
Selain itu, menjalani hidup dengan taat membawa manfaat di dunia, seperti hubungan yang lebih baik dengan sesama, ketenangan dalam keluarga, dan kedamaian dalam pekerjaan. Sebaliknya, perbuatan dosa seringkali membawa kerusakan pada hubungan antar manusia, hati yang gelisah, dan kehidupan yang tidak terarah.
4. Mengapa Kita Tidak Mencoba?
Kadang-kadang, kita merasa sulit untuk berubah dan mencoba merasakan kenyamanan dalam ketaatan karena kebiasaan buruk sudah sangat mengakar dalam hidup kita. Kemaksiatan bisa terasa lebih “mudah” atau lebih “menyenangkan” pada awalnya, karena sering kali kita terbuai dengan dunia yang menipu.
Namun, yang perlu kita ingat adalah bahwa perubahan itu mungkin, dan Allah selalu memberi kesempatan bagi hamba-Nya untuk bertobat dan kembali ke jalan-Nya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah membuka pintu taubat bagi hamba-Nya sepanjang nyawa belum sampai di tenggorokan.”
(HR. At-Tirmidzi)
Jadi, meskipun kita telah merasa nyaman dengan jalan kemaksiatan, kita tetap punya kesempatan untuk mencoba merasakan kenyamanan dalam ketaatan. Ini adalah perjalanan spiritual yang membutuhkan niat, usaha, dan kesabaran. Ketaatan bukan hanya tentang menghindari dosa, tetapi juga tentang memperkuat hubungan kita dengan Allah dan merasakan kedamaian yang sejati.
Kesimpulan:
Kenikmatan duniawi yang datang dari kemaksiatan mungkin bisa terasa menyenangkan untuk sementara waktu, tetapi itu semua akan berakhir dan meninggalkan kita dalam kekosongan. Ketaatan kepada Allah adalah sumber kedamaian yang hakiki, yang memberikan kebahagiaan dan ketenangan batin.
BACA JUGA: 44 Dampak Tinggalkan Maksiat
Jika saat ini kita merasa lebih nyaman dengan kemaksiatan, sudah saatnya kita bertanya pada diri sendiri: “Mengapa tidak mencoba kenyamanan dalam ketaatan?” Allah menjanjikan kedamaian yang jauh lebih besar kepada hamba-Nya yang berserah diri dan berusaha untuk selalu berada di jalan-Nya. Mulailah dengan langkah kecil mungkin dengan memperbaiki ibadah harian kita atau menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat dan rasakan perubahan yang terjadi dalam hidup kita.
Dengan mencoba ketaatan, kita akan menemukan kenyamanan yang tidak pernah bisa diberikan oleh dosa atau kesenangan duniawi, serta membuka jalan menuju kebahagiaan yang abadi di akhirat.[]
REDAKTUR: MUHAMMAD FAIRUZI IKHWAN