ISLAMOFOBIA atau prasangka dan diskriminasi pada Islam dan Muslim di Barat sudah bukan hal yang asing lagi. Parahnya, hasutan kebencian terhadap Islam juga digaungkan oleh para petinggi di negara-negara Barat.
Mereka tak ingin melihat wajah Islam muncul di negaranya. Berikut tokoh-tokoh penting Barat yang anti-terhadap Islam seperti dikutip dari situs DW.
Geert Wilders
“Tidak ada yang namanya Islam moderat,” tutur Geert Wilders. Sosoknya tidak asing lagi buat kaum Muslim. Pendiri Partai Kebebasan ini pernah mendesak agar Belanda melarang Al-Quran. “Akar masalahnya adalah sifat Islam yang fasis, ideologi sakit tentang Allah dan Muhammad seperti yang terulis dalam Mein Kampf Islam: Al-Quran,” tulis Wilders.
Donald Trump
Di awal kemunculannya dalam perhelatan perebutan kursi kekuasaan tertinggi AS banyak diwarnai kontroversi. Calon yang kini menjadi presiden AS dari Partai Republik ini dipandang tidak membenci Islam. Padahal kenyataannya, ia menunggangi gelombang Islamofobia pasca serangan Paris dan penembakan massal di San Bernardino, California.
Beberapa kalangan memandang, sikap ini tidak lain untuk mendongkrak dukungan politik jelang pemilu kepresidenan. Donald Trump kerap mengumbar pernyataan yang menyakiti umat Islam. Trump juga menerapkan kebijakan melarang umat Muslim memasuki Amerika Serikat, atas alasan keamanan.
Lutz Bachmann
Pendiri gerakan anti Islam Jerman (PEGIDA) ini tidak menyembunyikan kebenciannya terhadap Islam dan kekagumannya pada sosok Adolf Hitler. Ia pernah memuat fotonya berseragam NAZI dengan model rambut dan kumis a la sang diktator. Bachmann gemar menyulut sikap anti pada Islam lewat media sosial.
Terakhir ia menyerang sebuah peternakan karena menyediakan daging halal. “Kita di sini tidak ingin berurusan dengan Islam,” tulisnya.
Marine Le Pen
Eropa tengah dihantui Le Pen dan kemenangan partainya Front National. Anggota parlemen Eropa ini gemar mengumbar isu anti Eropa dan imigran Suriah buat menjaring dukungan. Pada 2010 silam, Le Pen mencibir kaum Muslim yang melaksanakan ibadah sholat di jalan lantaran mesjid penuh. Menurutnya hal tersebut adalah sebuah pendudukan, serupa dengan pendudukan NAZI Jerman di era Perang Dunia II. []