MEMIMPIN diri sendiri sesungguhnya adalah hal yang sulit dilakukan dibandingkan dengan memimpin orang lain. Bisa saja seseorang sukses jadi pejabat, bupati, gubernur atau presiden, namun belum tentu ia berhasil sukses memimpin dirinya sendiri. Sebagai contoh bisa saja seorang pemimpin melarang untuk tidak berkata yang menyakitkan pada orang lain, namun belum tentu ia pun terbebas dari perkataan yang buruk.
Seorang pemimpin bisa dengan mudahnya menyuruh melaksanakan ibadah dengan mudahnya pada orang lain, namun belum tentu ia melaksanakan ibadah tersebut.
Seorang pemimpin bisa saja mempengaruhi orang lain, tetapi belum tentu berhasil mengendalikan dirinya sendiri. Ia bisa mengingatkan anak buahnya agar bertindak jujur, terbuka, dan disiplin dalam mengurus uang negara atau uang perusahaan. Namun, mampukah ia menjalankan nilai-nilai yang diajarkannya itu kepada anak buahnya.
Sungguh tercela sikap orang yang hanya bisa bicara saja tanpa ia lakukan sendiri, atau istilah populernya ‘omdo’ alias ‘omong doang.’ Allah SWT mencela sikap seseorang yang demikian seperti dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang, mengapa kamu hanya pandai mengatakan, tapi tidak bisa melakukannya. Dosa besarlah di sisi Allah, orang yang pandai mengatakan, tetapi tidak pandai mengerjakannya.” (QS. As-Shaff: 2-3).
Oleh sebab itu, alangkah baiknya kita terutama bagi yang ingin menjadi seorang pemimpin untuk mampu mengintrospeksi diri sendiri. Bercermin terlebih dahulu sebelum mengajarkan hal itu kepada orang lain. Karena pemimpin adalah teladan yang akan ditiru dan menjadi panutan bagi rakyatnya. Jika ingin rakyatnya menjadi orang yang beradab dan berakhlak sholeh, maka pemimpin harus menjadi yang pertama mengajarkan itu semua.