JEPANG—Salah satu negara yang mulai repot dengan meningkatnya industri halal dunia adalah Jepang. Terutama bagaimana agar negara itu bisa menyediakan makanan halal dan kebutuhan wisatawan Muslim ke negara mereka.
Sayangnya, hingga hari ini, belum ada peraturan yang mengatur tentang penerbitan sertifikat halal untuk produk dan fasilitas di Jepang. Pasalnya, standar halal akan bervariasi tergantung pada organisasi yang mengeluarkan sertifikat, Japan Times melaporkan pada Rabu (6/9/2017).
Asosiasi Muslim Jepang di Tokyo, pada prinsipnya, menerbitkan sertifikat halal hanya untuk produk dari perusahaan Jepang yang dimaksudkan untuk dijual ke negara-negara Islam. Sedangkan untuk barang domestik, lembaga ini hanya akam memberikan dukungan jika barang tersebut aman dan benar-benar halal.
Beberapa orang mempertanyakan atau bahkan menentang penggunaan istilah halal, yang memiliki konotasi relijius untuk kafetaria dan restoran, karena dapat menyebabkan kesalahpahaman di kalangan umat Islam, terutama umat Muslim yang taat.
Toshio Endo, direktur eksekutif Asosiasi Muslim Jepang, merekomendasikan penggunaan ungkapan seperti “makanan untuk Muslim” atau “hidangan Muslim” sebagai gantinya. Karena jika pengunjung Muslim makan di restoran halal yang disebut dan menemukan bahwa halal hanya mengacu pada ramuan namun tidak untuk aspek lain seperti persiapan, mereka mungkin akan kesal.
“Sebagai perusahaan religius, kami khawatir kejadian seperti itu bisa merusak citra orang Jepang,” kata Endo.
“Sementara Jepang bertujuan untuk menarik 40 juta pengunjung masuk tahunan (pada 2020), tidak akan mencapai tujuan tersebut tanpa akomodasi yang tepat untuk populasi Muslim, yang mencapai seperempat populasi dunia,” ungkap Akihiro Shugo, salah satu pendiri Halal Media Japan Co., yang telah memberikan informasi halal kepada penduduk dan pengunjung Muslim di Jepang. []