MANUSIA lebih sering berprasangka, karena mereka hanya dapat melihat apa yang terlihat oleh mata. Mereka tak dapat melihat apa yang diungkap oleh hati dan itulah keterbatasan manusia. Namun keterbatasan itulah yang justru membuatnya banyak berprasangka kepada manusia yang lainnya.
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya dari prasangkaan itu merupakan dosa..” (QS. Al-Hujurat 49 : 12).
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang berkata kasar adalah orang jahat. Padahal, bisa jadi ia adalah orang yang sangat lembut hatinya.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang tak memakai jilbab adalah orang yang paling ingkar. Padahal, bisa jadi hatinya berteriak ingin menutup aurat, hanya kesempatan dan keberanian yang belum ia dapatkan.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang tidak pernah tersenyum adalah orang yang paling cuek. Padahal, bisa jadi ia adalah orang yang paling peduli dalam diamnya. Hanya saja kita tak tahu bagaimana ia mengutarakan kepeduliannya.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang pandai bermaksiat akan masuk neraka. Padahal, bisa jadi ia lebih dulu masuk surga karena tangisan taubatnya.
Sebagai seorang Muslim kita diharuskan untuk senantiasa menjaga hati untuk tidak berprasangka buruk. Karena prasangka bisa menimbulkan permusuhan dan perpecahan serta merusak jalinan silaturahim sesama Muslim. Rasulullah SAW bersabda:
“Hati-hati kalian dari prasangkaan (yang buruk) karena zhan itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak suka. Janganlah kalilan mencari-cari aurat atau cacat atau cela orang lain. Jangan kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu. Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana Dia perintahkan. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, maka janganlah ia menzalimi saudaranya, jangan pula tidak memberikan pertolongan atau bantuan kepada saudaranya dan jangan merendahkannya. Takwa itu di sini takwa itu di sini. (Beliau mengisyaratkan ka arah dadanya). Cukuplah seseorang dari kejelekan bila ia merendahkan saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim terhadap Muslim yang lain, haram darahnya, kehormatan, dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat ke tubuh-tubuh kalian, tidak pula ke rupa kalian akan tetapi ia melihat ke hati dan amalan kalian.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kita lebih sering berprasangka kepada orang lain, hingga lupa untuk berprasangka kepada diri yang lebih sering alpa. Allah ciptakan hati agar kita pandai merasa, pandai berpikir positif kepada orang lain. Namun sayang, kita lebih sering menggunakannya untuk berprasangka buruk.
Kita lebih sering menilai seseorang dari luarnya tanpa kita tahu lebih dalam tentang orang tersebut. Kita tak berhak untuk menilai seseorang itu baik atau buruk, karena pada hakikatnya hanya Allah-lah yang berhak menilai manusia itu baik atau buruk. Wallahualam. []