ALLAH SWT telah memperingatkan kepada kita agar tidak mengikuti langkah-langkah setan yang akan menerumuskan kita ke neraka. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ , إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 168-169).
BACA JUGA: Setan Gepeng? Apakah Itu?
Setan menggelincirkan anak cucu adam dengan melalui beberapa cara, di antaranya:
1 Syirik kepada Allah SWT
Setan sangat tahu bahwasanya ketika anak cucu adam mempersekutukan Allah SWT, maka tidak ada lagi harapan baginya untuk diampuni. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. An Nisa’: 48).
Pelaku dosa besar di hari kiamat selama ia tidak mempersekutukan Allah SWT, maka dia berada dalam kehendak-Nya apakah ia dimasukkan ke surga secara langsung dengan luasnya rahmat Allah SWT ataukah dimasukkan ke neraka terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam surga. Berbeda dengan pelaku kesyirikan dan kekufuran, mereka tidak akan diampuni Allah SWT dan kekal dalam neraka. Allah SWT berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”.(QS. Al Maidah : 72).
Setan tidak langsung berkata “Kafirlah kepada Allah SWT!” Melainkan ada proses yang harus dilalui setahap demi setahap dari godaan setan hingga manusia terjerumus kepada kekufuran dan kesyirikan.”
2 Dosa-dosa kecil
Ketika seseorang belajar sunnah sehingga menjaga dirinya dari kesyirikan, kebid’ahan, kemudian menjaga dirinya dari maksiat dan dosa besar maka setan kemudian menggelincirkannya lewat dosa-dosa kecil. Dia meremehkan dosa kecil dengan mengatakan “Allah SWT maha luas ampunan dan rahmatnya.”
Seorang hamba apabila melakukan dosa maka dalam hatinya ada titik hitam. Allah SWT berfirman:
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”. (QS. Al Muthoffifin: 14).
Makna ayat di atas diterangkan dalam hadits berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”. (HR. At Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244).
Bilal bin Sa’ad ra seorang tabi’in berkata: ”Janganlah kamu lihat kepada kecilnya sebuah maksiat akan tetapi lihatlah agungnya (Allah SWT) yang kamu maksiati.“
3 Dosa-dosa besar
Setan senantiasa menggelincirkan anak cucu adam dengan perbuatan-perbuatan keji yaitu dengan perbuatan dosa-dosa besar. Dosa besar tersebut dijadikan oleh setan terlihat indah dan nikmat pada pandangan manusia. Sehingga apabila manusia telah melakukan dosa besar tersebut maka akan merugikan bagi pelakunya di sisi Allah SWT baik berupa siksa maupun laknat. Kata para ulama ciri dosa besar adalah:
- Ketika disebutkan laknat di dalamnya oleh Allah SWT bagi yang mengerjakannya
- Ketika perbuatan tersebut diancam dengan api neraka
- Ketika di dunia ada hukuman sesuai dengan syariat seperti berzina dengan Rajam, mencuri dengan Qishas dan yang semisalnya.
4 Bid’ah (Perkara baru dalam urusan agama)
Kaum muslimin menambah –nambah dalam urusan agama dengan berkreasi dalam beribadah kepada Allah SWT dengan sesuatu yang belum pernah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Berkata Imam Malik ra:
مَنْ أَحْدَثَ فِي هَذِهِ الأُمَّةِ الْيَوْمَ شَيْئًا لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ سَلَفُهَا فَقَدْ زَعَمَ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَانَ الرِّسَالَةَ لِأَنَّ اللهَ تَعَالىَ يَقُوْلُ ﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْأِسْلامَ دِيناً﴾ (المائدة:3) فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا لاَ يَكُوْنُ الْيَوْمَ دِيْنًا
“Barangsiapa yang mengada-adakan perkara yang baru di umat ini yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu maka dia telah menuduh bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhianati risalah Allah, karena Allah SWT telah berfirman :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْأِسْلامَ دِيناً
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu”. (QS. Al Maidah :3).
Maka perkara apa saja yang pada hari itu (pada masa Rasulullah) bukan merupakan perkara agama maka pada hari ini juga bukan merupakan perkara agama”. (Al-Ihkam, karya Ibnu Hazm 6/255).
BACA JUGA: 3 Tipu Daya Setan di Rumah Seorang Muslim
5 Berlebih dalam perkara yang mubah
Segala yang sifatnya berlebih-lebihan adalah tercela seperti pemborosan dalam berpakaian, makanan, minuman, tidur dan seterusnya yang bisa menjadikan seseorang menghabiskan waktunya pada suatu yang tidak bermanfaat walaupun tidak ada dosa di dalamnya.
Allah SWT berfirman:
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan”. (QS. Al Isra’ : 26-27).
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-A’raf: 31).
Kata pemborosan dalam bahasa arab dikenal dengan Mubazzir dan juga Al israf dan keduanya dilarang oleh Allah SWT. Menurut para ulama perbedaan yang paling mendasar di antara keduanya yaitu Mubazzir adalah menghambur-hamburkan harta dalam perkara yang jelas-jelas diharamkan seperti membeli minuman keras atau obat-obat terlarang. Adapun Al Israf adalah membelanjakan harta pada sesuatu yang mubah yang secara asalnya tidak diharamkan akan tetapi berlebih-lebihan dan kedua hal ini diharamkan dan dilarang dalam agama kita.
Kita adalah hamba yang lemah yang terkadang kita digelincirkan oleh setan tapi jangan berputus asa dari rahmat Allah SWT karena yang berputus asa dari rahmat Allah SWT hanyalah setan.
Adapun kita jangan berputus asa dari rahmat Allah SWT sebesar apapun dosa yang kita kerjakan di masa silam. Bertobatlah dan kembali kepada Allah SWT, buatlah setan menangis dengan istighfar dan taubat kita yang kita lakukan. []
SUMBER: MIM.OR.ID