DALAM beberapa tahun terakhir, penggunaan rokok elektrik atau vape meningkat drastis, terutama di kalangan anak muda. Vape sering dianggap sebagai alternatif yang lebih “aman” dibanding rokok konvensional. Namun, berbagai penelitian ilmiah telah membantah anggapan tersebut dan menunjukkan bahwa vape juga memiliki dampak buruk serius bagi kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Apa Itu Vape dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Vape, atau e-cigarette, adalah alat yang bekerja dengan cara memanaskan cairan (e-liquid) hingga menjadi aerosol yang dihirup oleh pengguna. Cairan ini biasanya mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, perasa buatan, dan zat kimia lainnya. Meskipun tidak menghasilkan asap seperti rokok biasa, aerosol dari vape tetap mengandung zat-zat berbahaya.
BACA JUGA: Ternyata Ini 3 Faktor Orang Nggak Bisa Berhenti dari Rokok!
1. Kerusakan Paru-paru Akibat Vape
Salah satu dampak kesehatan paling nyata dari vape adalah kerusakan paru-paru. Penelitian yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine (Layden et al., 2019) menunjukkan bahwa penggunaan vape dapat menyebabkan EVALI (E-cigarette or Vaping product use-Associated Lung Injury) — sejenis cedera paru akut yang dapat berakibat fatal. Kasus EVALI merebak di Amerika Serikat tahun 2019 dengan lebih dari 2.800 kasus dan 68 kematian.
EVALI biasanya ditandai dengan gejala batuk, sesak napas, nyeri dada, demam, dan bahkan gagal napas. Salah satu penyebab utama EVALI adalah vitamin E asetat, zat aditif yang sering ditemukan dalam cairan vape, terutama yang mengandung THC (tetrahidrokanabinol).
2. Vape dan Risiko Penyakit Kardiovaskular
Nikotin dalam vape tetap berdampak pada sistem kardiovaskular. Menurut studi dari American Heart Association (Bhatta & Glantz, 2019), pengguna vape memiliki risiko lebih tinggi terkena serangan jantung dan penyakit jantung koroner dibandingkan dengan non-perokok. Bahkan, mereka yang menggunakan vape sekaligus merokok konvensional memiliki risiko ganda.
Nikotin menyebabkan penyempitan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan mempercepat detak jantung — kondisi-kondisi ini meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung.
3. Efek Vape pada Otak Remaja
Nikotin sangat berbahaya bagi perkembangan otak remaja. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa paparan nikotin selama masa perkembangan otak dapat mengganggu fungsi kognitif, perhatian, dan kontrol impuls. Otak remaja baru berkembang sempurna sekitar usia 25 tahun, sehingga penggunaan vape sejak dini dapat memberikan dampak jangka panjang yang serius.
Penelitian dari University of California (Yuan et al., 2015) juga menunjukkan bahwa nikotin pada remaja meningkatkan kemungkinan kecanduan di kemudian hari — tidak hanya terhadap nikotin, tetapi juga terhadap zat adiktif lain seperti alkohol dan narkotika.
4. Kandungan Berbahaya dalam Aerosol Vape
Meskipun tidak mengandung tar seperti rokok biasa, aerosol dari vape mengandung berbagai zat kimia beracun. Studi dari Johns Hopkins University menemukan bahwa aerosol vape mengandung logam berat seperti nikel, timbal, dan kromium, yang berasal dari elemen pemanas dalam perangkat vape.
Menurut Environmental Health Perspectives (2018), paparan logam berat dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, gangguan sistem saraf, dan bahkan kanker. Beberapa cairan vape juga mengandung senyawa seperti formaldehida dan asetaldehida, yang diketahui bersifat karsinogenik.
5. Risiko Kecanduan dan Peralihan ke Rokok Konvensional
Alih-alih menjadi alat untuk berhenti merokok, banyak pengguna vape justru berakhir menjadi perokok ganda. Penelitian oleh National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine (2018) menyimpulkan bahwa remaja yang mulai dengan vape memiliki kemungkinan lebih besar untuk mulai merokok tembakau secara reguler.
Hal ini menunjukkan bahwa vape bukanlah “jalan keluar” dari kecanduan rokok, melainkan “gerbang masuk” menuju kebiasaan merokok yang lebih berbahaya.
BACA JUGA: Vape, Benarkah Tidak Seberbahaya Rokok Tembakau?
Efek Jangka Panjang yang Masih Belum Diketahui
Karena vape baru populer dalam satu dekade terakhir, efek jangka panjangnya terhadap kesehatan manusia belum sepenuhnya diketahui. Namun, berdasarkan profil zat kimia yang terkandung dalam vape dan efek jangka pendek yang sudah diamati, banyak ahli kesehatan mengkhawatirkan potensi kerusakan kronis pada paru-paru dan sistem kardiovaskular, serta peningkatan risiko kanker dalam jangka panjang.
Meskipun vape sering dipasarkan sebagai alternatif yang lebih sehat daripada rokok konvensional, bukti ilmiah menunjukkan bahwa vape tetap membawa risiko kesehatan serius. Dari kerusakan paru-paru, gangguan jantung, dampak pada otak remaja, hingga kandungan zat beracun dalam aerosolnya — semua ini membuat vape bukanlah pilihan yang aman.
Untuk menjaga kesehatan jangka panjang, pilihan terbaik adalah menghindari semua bentuk produk tembakau dan nikotin, termasuk vape. []