WASHINGTON—Para ahli militer memberikan penilaian jika Amerika Serikat (AS) benar-benar merealisasikan ancamannya untuk meluncurkan serangan militer terhadap rezim Suriah sebagai respons atas dugaan serangan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur.
Inilah analisis para ahli soal jenis rudal, target hingga tujuan dari serangan yang mungkin diluncurkan Washington.
1. Jenis Rudal
Mantan asisten menteri pertahanan AS Lawrence Korb, mengatakan bahwa militer AS kemungkinan akan menggunakan rudal Tomahawk.
Tomahawk digunakan dalam serangan-serangan AS sebelumnya di Suriah tahun lalu (2017) sebagai tanggapan terhadap penggunaan senjata kimia di kota Khan Sheikhun, Idlib, yang dikuasai kelompok oposisi.
Pentagon kala itu mengatakan 59 rudal jelajah Tomahawk ditembakkan dari dua kapal perang di Mediterania terhadap pangkalan udara Shayrat di Provinsi Homs. Pangkalan yang diserang itu dituduh AS sebagai tempat peluncuran serangan kimia. Enam personel militer Suriah tewas oleh serangan rudal Tomahawk kala itu.
Menurut para analis, bukan tidak mungkin rudal Tomahawk kembali diandalkan Pentagon kali ini.
Seorang ahli keamanan dan militer yang bermarkas di Azerbaijan Fuad Shahbazov mengungkapkan bahwa AS mungkin menyerang dengan rudal melalui jalur laut dan jet tempur di udara.
“Menurut sumber tidak resmi, AS mengerahkan beberapa kapal induk dengan rudal jelajah di Laut Mediterania dan Laut Merah. Juga kemungkinan serangan dengan jet tempur harus dipertimbangkan karena AS memiliki pangkalan udara besar di negara-negara Teluk,” kata Shahbazov.
2. Target serangan
Menurut ahli keamanan dan militer yang bermarkas di Azerbaijan Fuad Shahbazov, AS kemungkinan besar akan menyerang markas komandan dan kontrol angkatan bersenjata Suriah, serta lokasi yang diduga jadi tempat penyimpanan senjata kimia.
Dilihat dari lokasi saat ini, rudal jelajah AS sudah berada di atas kapal angkatan lautnya yang siaga di sepanjang perairan Mediterania. Shahbazov mengatakan, benteng pasukan pro-Assad di provinsi Latakia mungkin menghadapi serangan dari laut.
Tetapi, Afzal Ashraf dari Pusat Keamanan Konflik dan Terorisme, mengatakan dalam cuitannya di Twitter, bahwa Presiden AS Donald Trump yang secara khusus mengatakan rudal “pintar” akan digunakan mungkin tidak dihargai oleh komandan militernya. Sebaliknya, strategi baru mungkin dibuat para komandan militer Pentagon.
“Mereka biasanya tidak suka menyatakan apa yang akan mereka lakukan dan bagaimana mereka akan lakukan sebelumnya. Jadi militer AS mungkin memutuskan untuk menggunakan metode lain,” kata Ashraf.
3. Tujuan serangan
Mantan asisten menteri pertahanan AS Lawrence Korb mengatakan, tujuan utama serangan AS terhadap rezim Suriah adalah pencegahan penggunaan senjata kimia lebih lanjut.
Tetapi, kata Ashraf dari Pusat Keamanan Konflik dan Terorisme, masih belum jelas apakah Amerika Serikat tahu di mana senjata kimia disimpan di Suriah.
“Jika kita tahu di mana senjata kimia itu maka itu dapat dihancurkan. Jika mereka menyerang instalasi senjata kimia, pertanyaan yang harus ditanyakan mengapa mereka tidak menyerang di sana sebelumnya. Saya ragu ada instalasi senjata kimia yang dinyatakan Barat. Jadi serangan ini akan menjadi target militer umum,” ujarnya.
Menurut Ashraf, AS kemungkinan akan mempertahankan pesawat tempur dan kapal angkatan lautnya dari dekat pasukan Rusia.
“Apa yang tampak keluar adalah apa yang dikenal sebagai ‘serangan kebuntuan’ yang melibatkan rudal jelajah dan rudal lainnya untuk menghindari kemungkinan keterlibatan antara pesawat dan kapal Rusia dan AS,” katanya.
4. Kemungkinan Respons Rusia
Reaksi Moskow menurut mantan asisten menteri pertahanan AS Lawrence Korb, kemungkinan besar akan terbatas pada kecaman publik selama AS tidak menargetkan militer Rusia.
Namun, ahli keamanan dan militer yang bermarkas di Azerbaijan Fuad Shahbazov, mengatakan peringatan kementerian pertahanan Rusia tentang pembalasan harus dicatat.
“(Tanggapan Rusia) akan mencakup serangan rudal terhadap pasukan oposisi dan posisi militer pasukan khusus AS,” katanya.
Sedangkan Afzal Ashraf dari Pusat Keamanan Konflik dan Terorisme membandingkannya dengan serangan rudal Tomahawk AS bulan April 2017. Dia mencatat kemungkinan Rusia memberikan sekutunya peringatan bahwa serangan itu akan datang.
“Satu-satunya perbedaan nyata dari waktu lalu adalah bahwa Suriah diberi tip-off melalui Rusia dan mereka mampu membubarkan aset mereka, jadi tidak banyak orang terbunuh dan tidak ada banyak peralatan yang hancur. Kasus ini, kedengarannya seolah-olah peringatan tidak akan tersedia,” katanya.
5. Pengunaan Sistem Rudal Pertahanan Rusia di Suriah
ahli keamanan dan militer yang bermarkas di Azerbaijan Fuad Shahbazov mengatakan sistem rudal pertahanan utama Rusia di Suriah, S-300 Gladiator, telah dikerahkan di negara ini pada akhir tahun 2016.
“Namun, mungkin juga Rusia akan menggunakan S-400 yang juga telah dikerahkan di Suriah selama lebih dari setahun ini. Sistem ini dapat menantang semua jet tempur modern. Tetapi Rusia belum menggunakan sistem ini di Suriah,” katanya.
Afzal Ashraf dari Pusat Keamanan Konflik dan Terorisme, setuju bahwa banyak target AS di Suriah yang kemungkinan akan diterjang.
“Jika Rusia sesuai dengan kata-katanya, beberapa dari rudal itu akan dihadang. Tidak ada sistem pertahanan udara yang memenuhi bukti, jadi saya kira proporsi yang cukup signifikan akan menembus target mereka,” katanya.
Sementara itu, mantan asisten menteri pertahanan AS Lawrence Korb mengatakan tidak mungkin Rusia akan dapat melawan serangan AS. []
SUMBER: AL JAZEERA