ADA konsep sederhana tentang karamah wali, yang sering saya ulang di kelas-kelas yang saya ampu:
1. Karamah wali itu benar adanya dan disepakati oleh para ulama, kecuali dari kalangan mu’tazilah dan yang mengikuti jalan mereka.
2. Mengakui adanya karamah wali dengan membenarkan berita tentang karamah seseorang yang dianggap wali, itu dua hal berbeda. Untuk berita, standarnya adalah sanad. Kata Imam Ibn Al-Mubarak, “Seandainya tidak ada sanad, setiap orang akan berkata apa saja yang dia inginkan.”
Jadi, jika ada yang memberitakan bahwa fulan itu memiliki karamah, untuk menerimanya, kita perlu cek ketersambungan sanad informasinya sampai ke sumber primer, serta ketsiqahan dari masing-masing pembawa berita.
BACA JUGA:Â Pendapat Syekh Syarawi soal Karamah Para Wali
Jika kualitas sanadnya baik, maka kita terima. Jika terbukti dusta, kita tinggalkan. Jika belum jelas, ya kita diamkan saja, tidak dibenarkan, juga tidak didustakan.
3. Karamah wali yang paling utama adalah istiqamah. Keistiqamahan seseorang dalam ketaatan merupakan salah satu bukti zhahir paling jelas bahwa ia dicintai oleh Allah ta’ala.
Sedangkan bisa terbang, berjalan di atas air, melipat waktu, dll. Jika datang dari orang yang istiqamah, ia adalah karamah. Tapi jika ia datang dari orang yang menyimpang dan jauh dari ketaatan, maka itu istidraj dan tipuan syaithan.
4. Dalam konteks mengambil ilmu, kita mengambilnya dari ahli ilmu, orang yang memiliki kedalaman ilmu di bidangnya, meski tak ada satu pun riwayat karamah wali pada orang tersebut.
Sebaliknya, meskipun banyak riwayat karamah wali pada orang tertentu, entah terbukti benar atau tidak (sesuai poin 2), jika ia tidak dikenal sebagai ahli ilmu, kita tak perlu menyibukkan diri untuk duduk menimba ilmu di depannya.
BACA JUGA:Â Macam Macam Wali Nikah
Jika terbukti shalih dan istiqamah, kita cukup minta doa saja kepadanya, tak perlu mengambil ilmu. Dan jika zhahirnya bermasalah, kita diperintahkan untuk menimbang sesuatu sesuai zhahirnya, sedangkan perkara batin kita serahkan pada Allah ta’ala.
5. Waliyullah, yang sebenar-benarnya waliyullah, itu orang yang dicintai Allah ta’ala dan dekat dengan-Nya. Namun dari sisi tabligh (menyampaikan ilmu agama) dan tathbiq (mengamalkan agama), ia tidak ma’shum. Karena itu, ia tetap bisa salah dalam menyampaikan ilmu, dan masih mungkin tergelincir, salah dan keliru dalam amal.
Wallahu a’lam. []
Facebook: Muhammad Abduh Negara