SEGALA sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini kepunyaan Allah SWT. Tiada ada yang luput dari pengawasannya, meski satu mili meter, permukaan bumi ini. Apa yang terjadi kemarin, kini dan esok tidak lain dan tidak bukan ialah rencanaNya yang telah dipersiapkan bagi setiap hambaNya.
Begitu juga hati. Hati, anugerah Allah SWT yang teramat luar biasa menakjubkan. Sungguh Mahabesar Allah atas apa yang Dia ciptakan.
Hati, Allah ciptakan bagaikan sebuah sensor yang mempengauhi semua sistem tubuh. Kinerja. Pola pikir. Segala aktivitas yang tubuh lakukan. Jika hati seorang hamba dekat dengan Allah SWT maka ia akan Allah jaga.
Terlindungi dari segala pebuatan yang sia-sia. Jika hati telah tersangkut paut dengan Allah maka kebahagian akan menghambiri hati hambaNya dalam kondisi apapun. Sedih. Gelisah. Bahagia kerena rezekinya diterimanya.
BACA JUGA:Â Hati-hati, Istidraj!
Sebaiknya, apa yang akan terjadi. Jika hati seorang hamba taka da hubungan baik dengan Sang Pemilik hati Allah SWT. Ia akan kering. Kosong. Gersang bak padang sahara. Rapuh. Bilamana tergeoyah oleh sedikit terpaan saja ia akan tubang. Menjauh. Keras. Hingga Allah kunci hatinya (mati). Nauzubilah.
Ada lima perkara yang akan halangi hati dengan RabbNya. Ini dia lima perkara penghalang antara hati dan Allah, menghambat perjalanannya dan menimbulkan penyakit di dalamnya.
Pertama, perlalu banyak bergaul dengan manusia.
Hal ini bisa memenuhi hati dengan polusi napas Bani Adam, sehingga hati mereka menjadi hitam, lalu menimbulkan perselisihan, kepekatan, perpecahan dan be-ban yang berat untuk dipikul.
Akibat yang ditanggungnya adalah gesek-an dengan teman-teman yang jahat, banyak kemaslahatannya yang terbuang sia-sia, sibuk dengan urusan mereka, pikiran terpecah untuk memenuhi berbagai macam keinginan dan tuntutan mereka. Jika seperti ini keadaannya, lalu apa yang menyisa bagi Allah dan kampung akhirat?
Pergaulan yang didasari cinta dunia dan ambisi ini bisa berubah menjadi permusuhan jika semua hakikat terkuak, sehingga menimbulkan penyesalan bagi sebagian di antara mereka. Yang lebih celaka lagi, jika penyesalan ini terasa setelah di akhirat. Firman Allah,
“Teman-teman akrab pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa,” (QS Az-Zukhruf: 67).
“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan, adalah syetan itu tidak mau menolong manusia,” (QS Al-Furqan: 27-29).
BACA JUGA:Â Inilah 5 Penyebab Hati Menjadi Keras yang Harus Dihindari
Inilah keadaan orang-orang yang bersekutu untuk mendapatkan suatu tujuan. Mereka senantiasa tampak saling bahu-membahu dan menyayangi untuk mendapatkan tujuan itu. Jika ternyata tujuan itu meleset, maka yang ada tinggal penyesalan, kesedihan dan penderitaan.
Kasih sayang itu pun berubah menjadi kebencian, kutukan dan celaan. sebagian terhadap sebagian yang lain. Cukup banyak bukti tentang hal ini. Untuk mencari keseimbangan dalam masalah pergaulan ini atau pergaulan yang bermanfaat ialah bergaul dengan manusia dalam kebaikan, seperti menghadiri shalat Jum’at, jama’ah, haji, mempelajari ilmu, berjihad, nasihat-menasihati, menjauhi mereka dalam keburukan dan hal-hal mubah yang kelewatan.
Jika seseorang terpaksa harus bergaul dengan mereka dalam keburukan dan tidak mungkin untuk menghindar, maka dia harus waspada agar jangan sampai menyerupai mereka dan dia harus bersabar menghadapi gangguan mereka.
Sebab sudah selayaknya jika mereka mengganggunya, terlebih jika dia tidak mempunyai kekuatan dan pendukung. Sebab jika dia berbuat seperti yang mereka perbuat, hanya akan mendatangkan kehinaan dan celaan orangorang Mukmin dan Allah.
Kedua, mengarungi hamparan lautan harapan dan angan-angan yang tidak bertepi.
Ini merupakan lautan yang diarungi orang yang bangkrut, sebagaimana yang dikatakan dalam pepatah, “Angan-angan merupakan modal orang yang bangkrut.”
Barang dagangan para penumpangnya adalah janji-janji syetan dan hayalan yang menipu. Gelombang angan-angan dusta dan hayalan batil terus bergulung-gulung, mempermainkan penumpang, seperti anjing yang mempermainkan bangkai.
Angan-angan ini disesuaikan dengan kondisi setiap orang. Ada yang berangan-angan memegang kekuasaan, ada yang berangan-angan memiliki harta yang menumpuk, memiliki istri-istri yang cantik dan lain sebagainya.
BACA JUGA:Â 4 Penghalang Masuk Surga
Setiap orang menciptakan di dalam jiwanya gambaran yang diinginkannya. Seakan-akan dia beruntung mendapatkannya. Tapi ketika dia tersadar, ternyata tangannya hampa dan hanya memegang bantal.
Tapi orang yang memiliki hasrat yang tinggi, maka angan-angannya berkisar pada ilmu dan iman serta amal yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah. Dikatakan dalam syair,
“Angan-anganku adalah iman, hikmah dan cahaya sedang angan-angan mereka adalah tipuan belaka.”
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memuji orang yang mengangan-angankan kebaikan, sehingga dalam kondisi tertentu, dia mendapatkan pahala seperti pahala yang didapatkan orang yang mengerjakan kebaikan itu.
Semisal perkataannya, “Andaikan aku mempunyai harta yang melimpah, tentu aku akan membelanjakannya seperti yang dilakukan Fulan karena Allah semata, digunakan untuk menyambung tali persaudaraan dan menshadaqahkannya menurut haknya.”
[]
BERSAMBUNG
Referensi: E-book Madarijus Salikin (Pendakian Menuju Allah)/Ibnu Qayyim Al-Jauziyah/Pustaka Al-Kautsar/1999