Oleh: Syndi Gabriella Ting
synditing@gmail.com
RASULULLAH ﷺ lahir dan tinggal di tengah-tengah keluarga pedagang. Rasulullah memulai berkecimpung di dunia bisnis ketika beliau mengembala kambing diusia 8 tahun. Kemudian pada usia 12 tahun, beliau berdagang untuk pertama kalinya bersama paman beliau yang bernama Abu Thalib untuk berdagang ke negeri Syam.
Sebenarnya sang paman tidak mau mengajak beliau mengingat perjalanan yang sangat jauh dari dari Mekkah ke negeri Syam, tapi beliau tetap memaksa untuk ikut dan akhirnya sang paman pun mengajaknya.
Meskipun itu merupakan yang pertama kalinya beliau berdagang, namun beliau sudah bisa mendapatkan banyak pelanggan. Kemudian pada usia 15 tahun, beliau mulai berdagang secara mandiri bersama as-Saib bin Abus-Saib.
BACA JUGA: Kisah Ajaib Pedagang Roti yang Rajin Beristighfar
Tidak hanya sampai di situ, pada usia 17 tahun beliau sudah memimpin khalifah dagang dan terlibat dalam perdagangan luar negeri. Reputasi yang baik tersebut menyebabkan beliau menark perhatian banyak investor, salah satunya Bunda Khadijah.
Sehingga beliau dipercaya Khadijah untuk menjalin kerja sama bisnis sebagai manajer bisnis dan pada saat usia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah dengan 100 ekor unta sebagai mas kawin beliau.
Hal ini menunjukkam bahwa Rasulullah memiliki kekayaan yan melimpah dari hasil perdagangan dan bisnis yang telah beliau lakukan. Setelah menikah seluruh urusan perdagangan dan bisnis milik Khadijah diserahkan kepada Rasulullh ﷺ seluruhnya oleh Khadijah.
Bisnis yang dijalankan pun semakin sukses dan kekayaan beliau semakin bertambah. Lalu apa yang menjadi rahasia dibalik kesuksesan beliau tersebut dan bagaimana kita menerapkannya dalam cara berbisnis kita?
Berikut rahasia yang dipegang oleh Rasulullah ﷺ.
Jujur
Yang harus diutamakan dalam berdagang adalah kejujuran. Seperti yang kita tahu, Rasulullah ﷺ mendapatkan julukan al-amin yang artinya dapat dipercaya. Beliau sangat menekankan untuk tidak berbohong dalam persoalan berdagang.
Dalam berjualan, beliau tidak pernah berbohong, beliau berjualan dengan mengatakan hal sesungguhnya. Bahkan ketika ada pembeliyang menanyakan berapa modal dan keuntungan yang diambil, beliau pun memberitahukan kepada mereka dengan jujur.
Banyak saat ini terjadi penipuan dalam penjualan. Misalnya saja dalam kasus jualan online, dimana banyaknya ketidaksesuaian gambar dengan barang aslinya, produk yang tidak sesuai dengan pesanan, dan lain sebagainya. Tentu saja hal tersebut berdampak buruk pada pada penjualan diri sendiri.
BACA JUGA: Detik-detik Wafat Rasulullah SAW
Hormati Konsumen Maupun Calon Konsumen
Seperti kata pepatah “pembeli adalah raja”, perlakukanlah konsumen dengan sebaik-baiknya. Seburuk-buruknya mood kita jangan sampai terbawa saat sedang berdagang.
Berdaganglah dengan tersenyum, bersikap ramah, sopan, karena dengan begitu secara tidak langsung membuat pelanggan senang.
Coba bayangkan jika kita melayani dengan wajah yang ala kadarnya cemberut tanpa senyuman apalagi sampai berkata kasar, tentu saja orang-orang akan malas untuk kembali membeli dagangan kita.
Dagang melalui online pun demikian, kita harus lebih hati-hati dalam mengetik. Saat berkomunikasi lewat chat ataupun telepon dengan pembeli kita harus gunakan bahasa yang sopan. Fast respond juga sangat diperlukan, karena itu juga salah satu bentuk menghormati konsumen.
Kualitas Bagus
Pastikan juga produk yang kalian jual memiliki kualitas yang bagus, maka orang pun akan kembali lagi untuk membeli karena mereka merasa puas dengan apa yang mereka didapatkan.
Bahkan mereka juga akan merekomendasikan produk kita kepada orang lain, sehingga produk kita dikenal banyak orang dan meluas. Dengan begini maka otomatis pelanggan aku bertambah dan pemasukan pun ikut bertambah.
Intinya jangan sampai kecewakan konsumen dengan kualitas produk yang buruk dan tidak sesuai dengan harga.
Keuntungan Wajar
Jangan ambil keuntungan yang berlebihan dalam menjual produk. Dalam Islam memang tidak ada batasan dalam pengambilan keuntungan.
Tapi sebagai umat Islam kita seharusnya tidak menjual dengan harga yang tinggi. Karena tujuan utama jual beli adalah untuk saling tolong menolong.
Cara yang tepat untuk menentukan harga produk adalah sesuaikan dengan harga pasar, jangan melebihi harga yang berlaku di pasaran hanya karena ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Misalnya saja antara produk kita dengan produk sebelah memiliki merk dan kualitas yang sama tetapi produk kita lebih mahal 500 rupiah, meskipun hanya beda sedikit tetapi berdampak sangat besar kepada penjualan kita. Alhasil keuntungan banyak yang kita peroleh hanya akan berlaku untuk jangka pendek saja.
BACA JUGA: Para Pemain Besar Turun ke Jalan Jajakan Dagangan
Kenali Calon Konsumen
Yang terakhir adalah dengan mengenali seperti apa calon konsumen yang akan kita hadapi. Rasulullah ﷺ dalam berdagang di kota satu dan kota lainnya terkadang membawa barang dagangan yang berbeda.
Sangat penting untuk mengenali calon konsumen sebelum memasarkan produk. Lakukan observasi tentang bagaimana gaya hidup, kebiasaan, dan kebutuhan sehari-hari mereka terlebih dahulu. Banyak kegagalan dalam berdagang karena mengabaikan hal ini.
Setelah observasi tentu kita bisa memilah mana produk kita yang sesuai untuk dijual di daerah tersebut.
Jadi, jenis produk yang kita jual dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya bisa saja berbeda tergantung dari kebutuhan mayoritas masyarakatnya.
Misalnya saja kita akan menjual produk jaket tebal, maka sasaran konsumen yang tepat adalah di daerah yang memiliki cuaca dingin. Jika kita menjualnya di daerah yang memiliki cuaca panas, tentu saja penjualannya kurang memberikan dampak yang positif. []