Oleh: Robi Awaluddin, SPd
Master Candidate in Strategic Management and Business Planning, SB IPB
robiawaluddin@gmail.com
KAPAN Nikah, Nak? Jleb! Pertanyaan ini sering dijumpai ketika momen idul fitri tiba. Pertanyaan ini terutama sering ditanyakan kepada mereka yang dari segi usia sudah memiliki kecukupan untuk melaksanakan pernikahan.
Bagi yang sering menerima pertanyaan ini dari sanak saudara, mungkin perlu beribu alasan untuk menjawabnya. Eits, tapi apa salahnya dengan pertanyaan itu? Syawal merupakan bulan kesepuluh pada sistem penanggalan qamariyah (hijriah) yang mana pada bulan ini disunnahkan untuk melaksanakan pernikahan lho! Simak haditsnya berikut ini:
Aisyah radiallahu ‘anha menceritakan,
تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللهِ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللهِ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي؟، قَالَ: ((وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَسْتَحِبُّ أَنْ تُدْخِلَ نِسَاءَهَا فِي شَوَّالٍ))
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?” (Perawi) berkata, “Aisyah Radiyallahu ‘anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal” (HR. Muslim).
Nah, itu lho keutamaan nikah di bulan Syawal, sekaligus menjalankan sunah Rasulullah juga. Memang setiap hari adalah baik untuk melaksankana pernikahan, namun apa salahnya kita mengejar multiple pahala dengan melaksanakan pernikahan di bulan Syawal.
Dalam riwayat lain, tentang keutamaan menikah, Rasulullah bersabda:
النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي، فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي، وَتَزَوَّجُوا فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ، وَمَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ، وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ، فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ [رواه ابن ماجه].
“Nikah itu termasuk sunnahku. Barangsiapa yang enggan mengamalkansunnahku maka ia bukan termasuk golonganku. Menikahlah kalian, karena sesungguhnya aku akan bangga dengan kalian di hadapan umat-umat lain. Dan barangsiapa yang memiliki kemampuan maka menikahlah, dan barangsiapa yang belum mampu maka bepuasalah, karena puasa itu perisai (pemutus syahwat jima’) baginya.” (HR. Ibnu Majah)[4]
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam menganjurkannya kepada para pemuda sebagaimana dalam sabdanya,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ [رواه البخاري ومسلم، واللفظ لمسلم، من حديث عبد الله بن مسعودt].
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kamu telah mampu menikah maka menikahlah, karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu hendaklah dia berpuasa, karena ia (puasa) itu adalah perisai (pemutus syahwat jima’) baginya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Nah, begitu islam amat memuliakan kita dengan pernikahan, tanpa harus pasaran dulu dan bulan Syawal dianjurkan untuk melaksanakan ibadah mitsaqan ghaliza tersebut. Tentunya pernikahan itu butuh perencanaan dan strategi yang tepat. Bagi teman-teman yang ingin merencanakan pernikahan di bulan Syawal tahun depan, simak tips-tipsnya berikut ini:
1. Tentukan target dengan azzam yang kuat untuk menikah di bulan Syawal tahun depan
2. Berdoa dan bertaubat untuk dosa-dosa secara terus menerus
3. Berikhtiar dengan mulai menggerakkan tangan menulis proposal nikah
4. Berikhtiar untuk memperbaiki diri mempersiapkan hati, fisik, mental dan pendapatan dengan optimal dan halal
5. Beriktiar mengikuti majelis keislaman
Nah, karna orang baik akan ditemukan di tempat baik juga, siapa tau dengan mengikuti majelis ilmu kajian keislaman itu jodoh kita akan Allah pertemukan atau bisa melalui ustad/ah yang kita kenal untuk menjadi perantara penyampaian proposal taaruf (nikah) kita.
Selamat berikhtiar, pastikan Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus menjadi pijakan, insyaa Allah jodoh terbaik sedang menunggu panggilan. []