SAHABAT Islampos, Allah Azza wa Jalla mewajibkan seluruh hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya. Namun ternyata ada syarat amal ibadah diterima Allah SWT.
Allah akan memberikan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan. Namun ibadah akan diterima oleh Allâh Azza wa Jalla, jika memenuhi syarat-syarat diterimanya amal sebagaimana telah dijelaskan oleh Allâh dan Rasul-Nya. Syarat-syarat tersebut ada tiga, yaitu: iman, ikhlas, dan ittiba’. Inilah sedikit penjelasan tentang tiga perkara ini:
1 Syarat Amal Ibadah Diterima Allah: Iman
Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan iman kepada Allah. Hal ini mengandung pengertian bahwa setiap seseorang melaksanakan ibadah harus diyakini bahwa itu merupakan perintah Allah atau merupakan anjuran Allah.
BACA JUGA: Awas, Celah Riya dalam Ibadah Ini Wajib Dihindari!
Kalaupun tidak ada terdapat dengan tegas bahwa ibadah itu perintah atau anjuran Allah, maka harus berlandaskan apakah itu merupakan perintah atau anjuran Nabi Muhammad ﷺ, sehingga dengan demikian kita akan yakin bahwa itu sesuai dengan syariat dan yakin akan diterima dan mendapat balasan pahala dari Allâh Azza wa Jalla.
Allâh Azza wa Jalla berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [An-Nahl/16: 97]
Oleh karena itu amalan kebaikan orang kafir dapat dipastikan akan tertolak. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ ۖ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ ۖ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَىٰ شَيْءٍ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
Orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. [Ibrâhîm/14:18]
2 Syarat Amal Ibadah Diterima Allah: Ikhlas
Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ikhlas, artinya apapun bentuk ibadah dan pekerjaan yang kita lakukan harus ikhlas semata karena Allâh Azza wa Jalla. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari sifat riya’ yang dapat merusak amal ibadah seseorang.
Maka barangsiapa melakukan ibadah dengan meniatkannya untuk selain Allâh, seperti menginginkan pujian manusia, atau keuntungan duniawi, atau melakukannya karena ikut-ikutan orang lain tanpa meniatkan amalannya untuk Allâh, atau barangsiapa melakukan ibadah dengan niat mendekatkan diri kepada makhluk, atau karena takut penguasa, atau semacamnya, maka ibadahnya tidak akan diterima, tidak akan berpahala.
Demikian juga jika seseorang meniatkan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla, tetapi niatnya dicampuri riya’, amalannya gugur. Ini merupakan kesepakatan ulama.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”. [Al-Bayyinah/98: 5]
BACA JUGA: 2 Penyebab Azab bagi Ahli Ibadah
3 Syarat Amal Ibadah Diterima Allah: Ittiba
Ittibâ’ adalah mengikuti tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allâh, maka syahadat tersebut memuat kandungan: meyakini berita Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menaati perintah Beliau, menjauhi larangan Beliau, dan beribadah kepada Allâh hanya dengan syari’at Beliau.
Oleh karena itu, barangsiapa membuat perkara baru dalam agama ini, maka itu tertolak.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. [Ali-Imran/3: 85]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat perkara baru di dalam urusan kami (agama) ini, apa-apa yang bukan padanya, maka itu tertolak”.
Begitu penting mutaba’ah dalam beribadah. Bahkan, ketika suatu amalan tidak ada contoh dan bimbingannya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam atau tata caranya tidak sesuai dengan tuntunan dan teladan dari beliau, maka amalan tersebut tidak akan diterima di sisi Allah.
Oleh karena itu, kita wajib mendasari setiap amal dan ibadah kita dengan ilmu dan dalil. Apakah ada tuntunannya? Apakah ada dalilnya?
Berhati-hatilah dengan perkara bid’ah dalam agama, yaitu suatu metode dalam beragama yang diada-adakan, yang menandingi syariat, tujuan melakukan metode itu adalah berlebihan dalam ta’abbud (beribadah, mendekatkan diri) kepada Allah. (Lihat al-I’tisham karya Imam asy-Syathibi 1/11).
Oleh karena itu, dalam mengisi bulan Ramadhan ini dengan berbagai macam ibadah, hendaknya kita juga bertanya kepada diri kita sendiri,
“Apakah puasa kita sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ?”
“Apakah wudhu kita sudah benar?”
“Apakah shalat kita sudah sesuai dengan tata cara yang dicontohkan oleh Rasulullahﷺ?”
“Bagaimana dengan amalan-amalan kita yang lain? Mandi janabah, sahur, berbuka puasa, zikir, doa, shalat tarawih, tilawah Al-Qur’an, zakat, dll.; apakah yang selama ini kita lakukan, sudah benar dan sesuai tuntunan Rasulullahﷺ?”
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa membimbing kita supaya bisa beribadah di atas keikhlasan dan sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ.
4 Syarat Amal Ibadah Diterima Allah: Apakah Makna Ibadah?
Sahabat Islampos, ibadah secara bahasa bermakna merendahkan diri dan tunduk. Sedang secara istilah, ulama banyak memberikan makna.
Namun makna yang paling lengkap adalah seperti yang didefinisikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yaitu: Suatu kata yang meliputi segala perbuatan dan perkataan; zhohir maupun batin yang dicintai dan diridhoi oleh Alloh Ta’ala. Dengan demikian ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu: ibadah hati, ibadah lisan dan ibadah anggota badan.
5 Syarat Diterimanya Amal Ibadah
Sahabat Islampos, ketahuilah, semua amalan dapat dikatakan sebagai ibadah yang diterima bila memenuhi dua syarat, yaitu Ikhlash dan mutaba’ah (mengikuti tuntunan Nabi shollallohu ‘alaihi wassalam).
Kedua syarat ini terangkum dalam firman Allah, “…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al Kahfi: 110). Beramal sholih maksudnya yaitu melaksanakan ibadah sesuai dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Nabi, dan tidak mempersekutukan dalam ibadah maksudnya mengikhlashkan ibadah hanya untuk Allah semata.
Hal ini diisyaratkan pula dalam firmanNya, “(Tidak demikian) dan bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Alloh, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Robbnya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqoroh: 112).
BACA JUGA: Ibadah Itu …
6 Syarat Amal Ibadah Diterima Allah: Tawakal
Menyerahkan diri kepada Allah berarti mengikhlashkan seluruh ibadah hanya kepada Allah saja. Berbuat kebajikan (ihsan) berarti mengikuti syari’at Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Syarat pertama (ikhlash) merupakan konsekuensi dari syahadat pertama (persaksian tiada sesembahan yang benar kecuali Alloh semata).
Sebab persaksian ini menuntut kita untuk mengikhlashkan semua ibadah kita hanya untuk Allah saja. Sedang syarat kedua (mutaba’ah) adalah konsekuensi dari syahadat kedua (persaksian Nabi Muhammad -shollallohu ‘alaihi wa sallam- sebagai hamba dan utusan-Nya). []
REDAKTUR : MUHAMMAD AMMAR FAUZILADHIM | SUMBER: MUSLIM.OR I DPMG.ACEHPROV