AMANAT (amanah) adalah beban yang harus diemban setiap orang mukmin dan bukan hanya seorang pemimpin saja. Pasalnya, Nabi SAW menegaskan bahwa setiap orang adalah pemimpin, setidaknya memimpin dirinya sendiri.
Allah SWT berfirman yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Anfal: 27).
Amanat pada hakikatnya adalah tanggung jawab besar. Saking beratnya, amanat ini telah Allah tawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Namun semuanya enggan memikul amanat itu karena mereka khawatir akan mengkhianatinya.
Lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Walaupun sebenarnya manusia itu amat dzalim dan bodoh.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab: 72).
Karena itu, maka barang siapa yang menunaikan amanat itu, maka baginya pahala yang melimpah. Sebaliknya, barang siapa yang tidak menunaikan atau bahkan mengkhianatinya, maka baginya siksa yang keras.
Jika seseorang bersifat amanah, baik sebagai pribadi, kepala rumah tangga, pimpinan di lingkungan suatu komunitas masyarakat atau tempat kerja, termasuk gubernur atau Amir di suatu wilayah, maka ia mendapat kepercayaan dari manusia dan kemuliaan dari Allah. Mereka akan mendapat keuntungan dari sifat amanat itu.
Di dalam haditsnya, Rasulullah SAW mengingatkan tentang menyia-nyiakan amanat.
“Bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?” Rasulullah bersabda,”Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat!” (HR Bukhari).
Rasulullah SAW telah menegaskan bahwa orang-orang yang tidak bisa memelihara amanat yang dibebankan kepadanya, maka sifat-sifat munafik melekat dalam kepribadiannya. Sedangkan balasan bagi orang munafik adalah neraka.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa: 145). []