Oleh: Hilmi Alasmar, Pengamat Palestina
SELAMA beberapa tahun mengamati pendapat para perdana Menteri Israel, khususnya terkait hal paling penting adalah keresahan akan masa depan dan eksisensi mereka. Israel amat mengkhawatirkan masa depan mereka. Masing-masing warga Israel menyimpan kekhawatiran ini. Hanya saja, ekspresinya berbeda-beda.
Salah satu kekhawatiran itu tampak dalam pendapat dalam sebuah pertemuan agama tertutup di rumah Netanyahu. Sayangnya, berita soal ini dirahasiakan. Statemen Netanyahu itu sendiri sempat muncul dalam situs “Israeli” dengan bahasa Arab namun kemudian dihapus. Saya perhatikan, ungkapan Netanyahu ditafsirkan sedemikian rumah rupa situs tersebut, seakan kekhawatiran Netanyahu tidak nyata.
Dalam pakem media, jika Anda menghapus sebuah berita itu artinya anda menyembunyikan sesuatu. Karena itu, lebih baik cerita itu dikubur dan tidak disinggung sama sekali. Jika dicari di Google maka akan muncul informasi, “halaman yang anda cari tidak ada.”
Jika mencari dengan kata kunci (Arab) “Apakah Netanyahu meramalkan negara Israel lenyap?” Maka halaman dihapus seluruhnya. Ini dalam rangka meyakinkan pembaca Arab bahwa Netanyahu tidak memprediksi negara Israel lenyap. Padahal ia benar-benar sudah melakukan itu.
Meski misalnya berbohong bahwa Netanyahu meramalkan Israel lenyap atau bercanda, itu membuktikan bahwa persoalan itu selalu mengganggu pikirannya. Presiden manapun seperti di Prancis, Portugal atau lainnya bicara tentang lenyapnya negara mereka, melainkan jika mereka sendiri memang benar-benar ketakutan secara nyata dan tertanam di dalam pikiran mereka.
Selama Netanyahu memerintah, ungkapan mirip beberapa kali keluar. Ia pernah menyatakan “Musuh-musuh Israel” yang ingin melenyapkannya negara ini. Setelah terjadi sejumlah aksi bom syahid, Netanyahu pernah menyatakan bahwa “Tak ada negeri selain negeri ini yang bisa kami tinggali.” Bisa disimpulkan, bahwa keberadaan Israel tidak bisa diterima oleh siapapun.
Apa yang dikatakan Netanyahu dalam pertemuan tertutup di rumahnya itu? Ia menyatakan, kerajaan Hashamonayim hanya selamat dalam waktu 80 tahun dan kini sedang bekerja menjamin Israel akan berhasil melampaui 100 tahun.”
Menurut sejarawan Israel, kerajaan Hashamonayim adalah negara yahudi yang hidup 77 tahun dan berakhir setelah wilayahnya ditimpa perang oleh Imperium Romawi. Menurut penuturan yang hadir dalam pertemuan itu, seperti yang dikutip Haaretz bahwa yang menarik perhatian adalah statemen Netanyahu yang menyatakan, “Keberadaan kita bukan di tangan kita.”
Namun ia akan berupaya mempertahankan negara. “Kerajaan Hashamonayim pernah berusia 80 tahun dan kita di negara Israel harus melampaui angka itu.” []