JAKARTA–Situasi politik internasional berada dalam situasi memprihatinkan. Konflik bernuansa agama, etnik serta menguatnya konservativisme, ekstrimisme, dan terorisme adalah indikator dari situasi dunia yang memanas.
Di benua Asia, tercatat beberapa konfik yang muncul sejak masa lampau hingga kini sepertı Konflik Myanmar, Konflik Thailand Selatan, Konflik Marawi di Filipina, serta Konflik Israel dan Palestina. Demikian pula dengan kawasan Timur Tengah pasca Arab Spring. Saat ını, kawasan Timur Tengah diwarnai situasi instabilitas keamanan regional. Demokratisasi yang diharapkan akan menjadi agenda politik kawasan ternyata digantikan oleh problem terorisme dan pengungsi.
Gerakan self determination di Catalonia dan Irak Utara (Kurdi) ternyata masih menjadi persoalan kontemporer. Perundingan Suriah pun tidak menemui titik temu. Belum lagi konflik politik antara Qatar dengan Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir.
Di semenanjung Korea, uji coba rudal jarak jauh Korea Utara pun menyulut konflik terbuka kawasan Asia Timur. Perang kata-kata bernada saling ejek antara Presiden Amerıka Serıkat (AS), Donald Trump, dengan Presiden Korea Utara, Kim Jong Un, membuat negara-negara di kawasan Asia Timur, terutama Jepang, Republik Rakyat China (RRC), dan Korea Selatan meningkatkan anggaran militernya.
Kondisi politik dunia saat ini melatarbelakangi Konferensi Internasional Kajian Stratejik dan Global dengan mengangkat tema: Strengthening Sustainable Development Goals Toward A World Peace Order.
Terdapat 51 paper yang telah lolos seleksi dan akan dipresentasikan dalam beberapa tema sepertı Ekonomi Syariah, Keamanan Nasional, Ketahanan Nasional, Isu-Isu Gender, Pembangunan Kawasan Secara Berkelanjutan, Isu-isu dunia dan kawasan, Perdamaian dan Resolusi konflik, Pemuda dan kepemimpinan, sosial, budaya, agama, dan kemanusiaan. []
Kontributor: Dr. Muhammad Luthfi Zuhdı, M.A.
Direktur, Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia