HATI ibarat raja. Setiap prajurit tentunya akan patuh dengan perintah-perintah dari rajanya. Maka dari itu, dibutuhkan hati yang bersih agar prajuritnya melakukan sesuatu yang bersih pula. Tidak melakukan sesuatu yang melanggar syariat.
Allah Ta’ala berfirman, “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy Syu’araa: 88).
Apa yang dimaksud dengan hati yang bersih? Hati yang bersih (selamat) merupakan lawan dari hati yang sakit.
Para ulama berselisih dalam mengungkapkan makna hati yang bersih (selamat). Definisi yang menyeluruh dalam memahami hal ini, hati yang bersih adalah hati yang selamat dari segala macam bentuk syahwat yang menyalahi perintah Allah atau menerjang larangan-Nya.
hati itu pun selamat dari berbagai syubhat yang menyimpang di mana hati yang selamat akan berpaling dari peribadahan kepada selain Allah, selamat dari berhakim dengan selain ajaran Rasul-Nya, selamat dengan mencintai Allah dengan disertai berhakim dengan ajaran Rasul, lalu memiliki rasa takut, harap, tawakkal, inabah (taubat atau kembali) kepada Allah; hati yang bersih akan selalu mengharap ridho Allah dalam segala keadaan dan menjauhi murka-Nya dengan segala cara. Inilah hakekat peribahan kepada Allah yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah.
Intinya, hati yang bersih adalah hati yang selamat dari berbuat syirik kepada selain Allah dalam bentuk apa pun. Bahkan ibadah hanya boleh untuk Allah semata, yaitu irodah (keinginan), cinta, tawakkal, inabah (kembali), tunduk, takut dan rasa harap hanya ditujukan pada Allah semata.
Demikian ungkapan Ibnul Qayyim yang amat berharga yang beliau sampaikan dalam kitab beliau Ighotsatul Lahfaan (1: 7). []
Sumber : https://rumaysho.com