Oleh: Raidah Athirah
Kontributor Islampos, Penulis, Tinggal di Polandia
AIR mata saya tumpah. Ini video yang menjadi saksi betapa sosok-sosok itu tidak hilang walau fitnah telah menghantam Muslim bertubi-tubi di zaman ini.
Ini ayah kita, Abdul Mumin Jitmoud Sombat yang memberikan teladan tentang bagaimana seharusnya rasa maaf karena Allah, Tuhan yang kita sembah adalah Al-Ghaffaar, Yang Maha Pengampun.
Bukankah bagi seorang ayah, kehilangan putra tersayang bagai kehilangan semangat dan setengah nyawa?
Setiap ayah pasti marah dan tidak terima bagaimana ananda tercinta meninggal karena dibunuh. Ayah ini, Abdul Mumin justru memperlihatkan kebesaran hati yang luar biasa. Beliau memaafkan pembunuh putranya.
Apakah ini tak cukup membuktikan bahwa teladan dari orang-orang Islam yang menjalankan ajaran agama yang mulia ini selalu ada?
Bukan saja mata semua orang yang hadir dalam persidangan itu yang menjadi sembab karena menangis akan tetapi saya dan Muslim yang berada di negeri yang kini dikelilingi fitnah merasakan kasih sayang yang tulus ini dengan hanya menonton persidangan melalui rekaman video.
Betapa berjiwa besar, seorang ayah yang anaknya menjadi korban pembunuhan, dengan ikhlas serta kasih sayang memberikan pernyataan memaafkan sang pembunuh, Trey Alexander Relford.
Pemuda itu sendiri telah dijatuhi hukuman 31 tahun atas pembunuhan Salahuddin Jitmoud, putra ayah kita , Abdul Mumin.
Putra beliau bekerja sebagai sopir pengiriman pizza, sampai pada tahun 2015 saat peristiwa perampokan dan pembunuhan itu datang sebagai jalan kematiannya.
Bapak kita ini, Abdul Mumin juga merupakan kepala sekolah Islam di tempat tinggal. Beliau dipanggil untuk menjadi saksi di kota Kentucky Amerika Serikat untuk memberikan pernyataan atas nama korban,putranya yang dibunuh sebelum tersangka Relford dijatuhi hukuman.
Inilah teladan yang sesungguhnya bahwa Allah, Tuhan Semesta Alam adalah Maha Pengampun.
Dalam ruangan, pernyataan dari lisan yang tulus menggetarkan hati yang mendengar. Tak cukup hanya itu,pembunuh putranya dipanggil dengan sebutan, “Anakku, keponakanku”.
Dengarlah, wahai saudaraku!
Suara ayah kita, Abdul-Mumin Sombat Jitmoud: “Anakku, keponakanku, aku memaafkanmu atas nama Salahuddin dan ibundanya.”
Ya Rabb… Engkau Maha Rahman dan Rahim.
“Saya tidak menyalahkanmu atas kejahatan yang telah kaulakukan, saya tidak marah kepadamu telah menjadi bagian dari yang menyakiti putraku.”
Betapa ikhlas beliau menerima ketentuan kematian putranya. Bukankah ini sesungguhnya teladan?
“Saya marah pada Iblis, saya salahkan Iblis, yang menyesatkan kamu dan membuat kamu melakukan kejahatan mengerikan ini.”
Ya. Iblis ingin kita kalah. Iblis ingin kita merugi. Iblis ingin hidup ini dipenuhi kejahatan dan kebencian. Meskipun demikian janji Allah adalah benar bahwa orang-orang yang ikhlas dan hatinya selalu mengingatNya akan senantiasa terjaga.
“Iblis berkata: ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka’. Allah berfirman: ‘Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat’.” (QS. Al Hijr : 39 – 42)
***
Fitnah telah mencengkram semua sisi hidup tak terkecuali orang-orang Islam yang hidup merantau di luar tanah mereka.
Sudah tak terhitung betapa fitnah ini membunuh orang-orang yang tak berdosa.
Fitnah menyebut bahwa ajaran Islam mengajarkan kebencian dan tindakan teror terhadap orang di luar Islam.
Tidak!
Tidak!
Tidak!
Ajaran Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Orang-orang yang menamai diri mereka Muslim tapi tak mencerminkan ajaran yang mulia tak sepatutnya diambil sebagai teladan. Biarlah sudah kedengkian orang yang tak mengenal Islam menghinakan agama ini.
Tapi sekali lagi, ingatlah ini! Kemuliaan ini tidak akan sirna. Cahayanya senantiasa terang -benderang karena begilah janji Allah adanya.
Sekalipun tipuan zaman telah melenakan, hati yang diberi petunjuk itu akan senantiasa berdiri teguh di jalanNya.
Inilah teladan zaman. Teladan yang nyata dari ayah Muslim di zaman ini. Pandanglah ketulusannya. Di tengah kehilangan, keikhlasan itu nyata. Ayah Muslim ini membuktikannya. Bukan sekadar dalam dinding -dinding Facebook melainkan hari ini kita menjadi saksi tentang sifat memaafkan. Tak adakah hati yang tersentuh?
Dengarkan lagi suara Ayah Muslim ini: “Saya sungguh merasa iba pada orangtua kamu, mereka membesarkan kamu dan ingin kamu menjadi sukses. Kesuksesan kamu adalah kesuksesan mereka, kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan mereka.”
“Sekarang mereka harus menangis akibat kejahatan mengerikan (pembunuhan) yang telah kamu lakukan.”
“Pemaafan dan pengampunan adalah hadiah terbesar dalam Islam. Saya harus mengeluarkan semua perasaan saya untuk memaafkan orang yang telah menjahati keluarga saya.”
Sang ayah Muslim lalu memeluk Reyfold, pemuda yang telah mengaku bersalah atas kejahatan pembunuhan putranya.
Saudaraku…,
Bila kita tak mampu menjadi duta dan pahlawan Islam,jangan biarkan lisan dan laku menjadi bagian orang -orang dengki menghinakan ajaran agama yang penuh kasih sayang ini!
Polandia, 10 November 2017
Note : saya pribadi sedang dalam masa menunggu terhubung di Facebook dengan beliau .Semoga beliau berkenan menerima pertemanan dari putri muslimnya ini.Amin