Oleh: Abu Saif Kuncoro Jati
DALAM dunia akademis di Timur Tengah, “Ustadz” adalah sebutan untuk guru besar atau profesor. Oleh karena itu, jika ada nama dengan gelar “Ustadz Duktur”, maka maksudnya adalah “Profesor Doktor.”
Itu di sana. Kalau di sini, gelar “Ustadz” harganya lebih murah. Mubaligh digelari ustadz. Guru TPA digelari ustadz. Dukun bersorban digelari ustadz. Bahkan artis berpeci pun juga digelari ustadz.
Oleh karena murahnya gelar ustadz di Nusantara, maka seseorang dengan nama kunyah “Abu Fulan” pun serta merta jadi ustadz.
Saya, yang kebetulan pernah mengenakan peci putih dan koko putih saat silaturahim hari raya pun di sangka ustadz.
“Wah, aku pangling, je. Lha nganggo peci kaya Pak Ustadz,” kata seorang ibu pada saya.
Atau juga kawan-kawan yang sering saya kirimi broadcast nukilan perkataan dan nasihat ulama, kadang ada yang menggelari saya dengan sebutan: Ustadz.
Padahal, saya ini bukan ustadz. []