“Ingat, Nak, dimanapun dan dalam kondisi apapun, berkatalah yang jujur. Jangan pernah berdusta,” Pesan seorang ibu.
Sang anak mendengarkan nasehat tersebut dan bertekad akan mentaatinya.
Suatu hari sang anak pergi untuk menuntut ilmu ke Baghdad. Ia ikut bersama rombongan dagang negeri Syam. Tanpa diduga, rombongan dagang mereka dirapok dalam perjalanan itu. Namun, si pemuda tadi luput dari perhatian pencuri, sebab, dia terlihat biasa saja dan sangat sederhana.
Salah satu perampok mendekatinya untuk bertanya, “Hai bocah, untuk apa kamu disini?”
“Aku ingin mencari ilmu ke Baghdad,” jawab pemuda itu.
“Apakah kamu memiliki harta?” Perampok itu masih penasaran saja.
Pemuda itu menjawab dengan jujur, “Aku memiliki uang empat puluh dinar.”
Perampok itu terheran-heran. Pemuda biasa yang dianggapnya tak punya apa-apa itu ternyata menyebut memiliki uang sebanyak 40 Dinar. Maka, walaupun sedikit ragu dna tidak percaya dengan pernyataan pemuda tadi, si perampok itu tetap melapor pada pemimpinnya.
“Hai, anak muda, apa benar kau punya uang empat puluh dinar?” Tanya pimpinan perampok seraya menggertak, “Jangan coba berbohong dan mempermainkan kami!”
“Aku mengatakan yang sebenarnya,” ujar si pemuda.
Perampok itu pun memintanya mengeluarkan uang tersebut sebagai bukti. Dan, tanpa gentar dan takut pemuda tadi melakukan permintaan tersebut.
Ketika kepingan emas uang dinar itu dihadapkan pada sang pemimpin rampok, ia terbelalak kaget dan terheran-heran dibuatnya. Alih-alih langsung mengambil uang, ia malah tertegun.
“Wahai pemuda, mengapa kamu tidak berbohong kepada kami soal uangmu. Toh, jika kamu bohong, kamu tidak akan kehilangan uangmu. Kami pun tidak akan mencurigai kebohonganmu. Tapi, kamu malah berbuat sebaliknya dan sama sekali tidak menunjukkan rasa takut pada kami. Padahal, kami ini adalah perampok yang dikenal sangat kejam.”
“Ibuku selalu berkata kepadaku agar aku selalu jujur dimanapun dan dalam kondisi apapun. Kejujuran akan membawa pada kebaikan dan kebenaran. Dan, kebenaran akan membawa ke surga,” ujar pemuda jujur itu menjelaskan, “Aku tidak takut padamu karena sungguh tidak ada yang perlu ditakuti dari seorang manusia biasa. Hanya Allah yang berhak untuk ditakuti oleh manusia.”
Kata-kata itu sungguh menghujam ke dalam hati perampok tadi. Selama ini orang-orang takut padanya sehingga ia merasa hebat, namun kata-kata dan sikap pemuda tadi telah menyadarkan pikiran dan menyentuh nuraninya.
Akhirnya, sang pemimpin perampok itu bertobat. Langkahnya itu diikuti oleh semua ank buahnya. Mereka mengembalikan hasil rampokkannya dan memutuskan mengikuti sang pemuda untuk menuntut ilmu ke Baghdad.
Kisah itu merupakan kisah penuh hikmah yang dipetik dari perjalanan hidup Syeikh abdul Qadir Jailani.[]
Sumber: Cerita Teladan Penuh Inspirasi/Syaff Banta/Wahyu Media