YAMAN—Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dilaporkan telah mengkonfirmasi bahwa 2,5 juta warga Yaman tidak memiliki akses terhadap air bersih.
Menurut laporan Memo pada Selasa (21/11/2017), Ibu kota Sana’a dan wilayah Bayda masuk dalam daftar kota tanpa air bersih. Kurangnya akses adalah “menempatkan mereka pada risiko wabah penyakit lain yang disebabkan oleh air,” kata Iolanda Jaquemet, juru bicara ICRC.
“Sistem air dan limbah di Dhamar dan Amaran sekarang hanya menyediakan setengah dari cakupan normal,” lanjut Jaquemet.
Kurangnya akses air berasal dari blokade udara, darat dan laut yang dipimpin Saudi pada awal November menyusul rudal balistik yang ditembakkan ke ibukota Saudi, Riyadh oleh Houthi. Blokade ketat diimplementasikan dalam upaya menghentikan sistem senjata yang dikirim ke Houthi.
“Pasokan medis di Yaman telah menurun akibat blokade tersebut, dengan sekitar 20 pasien ginjal yang memerlukan perawatan telah meninggal “karena tidak tersedianya pengobatan,” kata Jaquemet.
“Mengingat keadaan pasokan saat ini, diharapkan pusat dialisis di Ibb, Taiz dan Al-Bayda akan segera ditutup, sehingga 1.000 pasien terancam tanpa perawatan yang mengancam kehidupan mereka,” kata Jaquemet.
Menurut PBB, 400.000 anak-anak Yaman berisiko meninggal dunia jika bantuan kemanusiaan tidak sampai kepada mereka.
Yaman yang miskin tetap dalam keadaan perang sipil sejak tahun 2014, ketika pemberontak Syiah Houthi menguasai sebagian besar negara, termasuk ibukota Sana’a.
Pada tahun 2015, Arab Saudi dan Koalisi Teluk meluncurkan kampanye udara besar yang bertujuan untuk membalikkan keuntungan militer Houthi dan menopang pemerintahan Yaman yang diperangi. []