SEORANG muslim itu pandai menjaga diri dan pemalu. Malu adalah salah satu akhlak dari Rasulullah, bahkan malu adalah bagian dari iman.
Rasulullah bersabda: ”Iman itu bercabang tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih, yang paling utama adalah kalimat “Iaa ilaaha illallah” dan yang paling penting rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan malu termasuk cabang dari iman.” (Hadits Riwayat al-Bukhari no.9 dan Muslim no.35)
Sebagaimana seorang pemalu mencegah dirinya dari berbuat keburukan atau berkata buruk, menjaga diri dari cela dan cemoohan, maka rasa malu itu baik dan tidaklah menimbulkan kecuali kebaikan, sebagaimana telah diriwayatkan secara shahih.
Rasulullah bersabda: ”Malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.” (Hadits Riwayat al-Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37).
Dalam riwayat muslim no. 37 beliau bersabda: “Malu itu seluruhnya adalah kebaikan.”.
Lawan dari sifat malu adalah kekejian, yaitu kotor didalam berbicara dan berbuat kasar, sedangkan seorang muslim bukanlah orang yang suka berbuat keji, tidak pula kejam maupun kasar karena ini semua adalah sifat ahli neraka.
Seorang muslim adalah ahli surga, Insya Allah. Rasulullah saw bersabda: “Malu itu termasuk keimanan, dan keimanan itu didalam surga.
Sedang badza (Badza ialah lawan dari malu, yang mengakibatkan perkataan keji dan akhlak buruk) itu termasuk tabiat buruk, dan tabiat buruk itu di dalam neraka.” (Hadits Riwayat Ahmad no. 10134 sanad shahih).
Seorang muslim, karena malu dari manusia, maka ia tidak akan membuka auratnya, berbuat keji terhadap saudaranya, dan tidak pula lalai dari kewajibannya sebagai seorang muslim.
Dan juga malu-lah semalu-malunya terhadap Allah jangan lah lalai dari kewajiban, atau tidak mensyukuri nikmat-nya. Sebagaimana nasihat dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu: “Malulah kamu semua kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu”.
Rasulullah bersabda; “Allah lebih berhak untuk disegani (bersikap malu kepadanya) dari pada manusia lain.” (Hadits Riwayat al-Bukhari, Abu Dawud no. 4017; at-Tirmidzi no. 2794).[]