DALAM pernikahan, hubungan suami istri tidak hanya sebatas ikatan emosional, tetapi juga melibatkan aspek fisik, termasuk jima’ (hubungan intim). Islam sendiri menekankan pentingnya menjaga keharmonisan rumah tangga dengan memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pasangan, termasuk dalam hal ini kebutuhan biologis. Jika seorang istri selalu menolak jima’ dengan suaminya tanpa alasan yang sah, maka bisa muncul berbagai dampak negatif, baik dari segi agama, psikologis, maupun sosial.
1. Dampak Secara Agama
Dalam Islam, istri yang tanpa alasan syar’i menolak ajakan suami untuk berjima’ dapat terkena dosa. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu ia menolak, sehingga suami tidur dalam keadaan marah, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu subuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya istri untuk tidak menolak jima’ tanpa sebab yang jelas, seperti sakit, sedang dalam keadaan haid, atau faktor lain yang memang tidak memungkinkan.
BACA JUGA: Yang Tidak Disukai Istri dari Suami ketika Jima
2. Gangguan dalam Keharmonisan Rumah Tangga
Hubungan intim adalah salah satu cara mempererat ikatan emosional dalam pernikahan. Jika istri sering menolak, suami bisa merasa tidak dihargai atau tidak dicintai, yang berujung pada perasaan kecewa dan dinginnya hubungan suami istri. Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin akan muncul konflik berkepanjangan yang merusak keharmonisan rumah tangga.
3. Suami Bisa Mencari Pelampiasan di Tempat Lain
Seorang suami yang tidak mendapatkan kepuasan dalam hubungan rumah tangganya bisa saja tergoda untuk mencari pelampiasan di luar, baik dalam bentuk perselingkuhan, pornografi, atau bahkan zina. Tentu saja, hal ini sangat berbahaya karena dapat merusak keutuhan rumah tangga dan menimbulkan dosa besar.
4. Meningkatnya Stres dan Frustasi dalam Diri Suami
Ketika kebutuhan biologis tidak terpenuhi, seseorang bisa mengalami peningkatan stres dan frustasi. Hal ini bisa berdampak pada sikap dan emosi suami dalam kehidupan sehari-hari, baik terhadap istrinya maupun terhadap orang lain. Suami mungkin menjadi mudah marah, kurang fokus dalam pekerjaan, atau bahkan menarik diri dari keluarga.
5. Mengurangi Kualitas Hubungan Emosional
Jima’ bukan hanya tentang kebutuhan fisik, tetapi juga menjadi bentuk komunikasi emosional antara suami dan istri. Jika hubungan ini jarang terjadi atau sering ditolak, maka hubungan emosional juga bisa menjadi renggang. Istri mungkin merasa semakin jauh dari suami, dan suami merasa semakin tidak diperhatikan oleh istrinya.
6. Bisa Berujung pada Perceraian
Jika masalah ini tidak segera diselesaikan dan suami merasa bahwa kebutuhannya terus diabaikan, tidak menutup kemungkinan ia akan mencari solusi yang lebih drastis, yaitu perceraian. Perceraian bukan hanya menyakitkan bagi pasangan, tetapi juga bagi anak-anak jika sudah memiliki keturunan.
Apa yang Harus Dilakukan?
Jika istri merasa kurang nyaman dalam berjima’, sebaiknya ada komunikasi yang baik dengan suami. Beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain:
BACA JUGA: Kenapa Suami Ingin Lebih Sering Jima dengan Istri?
- Berkomunikasi secara terbuka mengenai perasaan dan alasan istri, apakah karena lelah, kurang nyaman, atau ada masalah emosional lainnya.
- Mencari solusi bersama, seperti menjadwalkan waktu yang tepat, membangun suasana yang lebih romantis, atau memperbaiki kualitas hubungan suami istri.
- Memahami kebutuhan pasangan, bahwa jima’ bukan hanya sekadar kebutuhan fisik tetapi juga bagian dari ibadah dan cara membangun kedekatan.
- Jika ada masalah kesehatan atau psikologis, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli agar menemukan solusi terbaik.
Menolak jima’ dengan suami tanpa alasan yang jelas dapat berdampak negatif bagi kehidupan rumah tangga, baik dari sisi agama, psikologis, maupun sosial. Oleh karena itu, penting bagi suami dan istri untuk saling memahami dan menjaga komunikasi yang baik agar hubungan tetap harmonis. Jika ada masalah dalam hubungan intim, sebaiknya diselesaikan dengan cara yang bijak dan penuh kasih sayang.
Semoga Allah memberikan keberkahan dalam setiap rumah tangga dan menjadikannya sebagai ladang pahala bagi suami dan istri. []