BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia mulai Januari hingga Agustus 2019 mencapai 328,724 hektare, dengan daerah terdampak di Riau.
Kebakaran yang terjadi di Riau berdampak pada berbagai sektor kehidupan, seperti gangguan kehidupan sehari-hari masyarakat, gangguan transportasi, kerusakan ekologis, penurunan pariwisata, dampak politik, ekonomi, dan terutama masalah kesehatan.
BACA JUGA: Dinkes Periksa Kesehatan Balita Kecanduan Kopi, Hasilnya Mengherankan
Dokter Spesialis Asma dan Paru di Rumah Sakit EMC, Desilia Atikawati mengatakan, jika kebakaran terus menerus terjadi dan asap tebal yang menyelimuti udara tak kunjung hilang, maka dapat menyebabkan efek akut (jangka pendek) dan efek kronis.
Mereka yang rentan atau sensitif pada paparan asap kebakaran hutan adalah orang tua, ibu hamil, anak-anak, orang dengan penyakit jantung dan paru sebelumnya, dan orang dengan penyakit kronis lainnya.
Berikut efek yang ditimbulkan akibat terpapar asap dari kebakaran hutan antara lain:
1. Iritasi selaput lender (membrane mukosa) mata, hidup, dan saluran napas. Hal tersebut menyebabkan gejala mata berair dan merah, bersin, batuk, batuk berdahak, sesak napas, dan mengi.
2. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Pajanan asap akan mningkatkan kemungkinan infeksi saluran napas oleh bakteri dan virus.
3. Penurunan fungsi paru.
BACA JUGA: Tak Cuma untuk Atasi Mual, Ini Manfaat Lain Minum Jahe bagi Kesehatan
4. Eksaserbasi (episode perburukan) penyakit paru, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
5. Perburukan penyakit jantung.
6. Risiko kematian.
Sementara efek dampak panjang udara buruk bagi kesehatan adalah terjadi penurunan fungsi paru serta peningkatan hipereaktivitas saluran napas. Selain itu, hal ini juga menimbulkan efek jangka panjang berupa gejala menetap sakit kepala, mual, depresi, gangguan saraf, dan perburukan gejala orang dengan penyakit jantung koroner. []
SUMBER: LIPUTAN6