PADA bulan suci Rajab telah terjadi sebuah peristiwa besar yang menjadi bukti kebesaran Allah SWT, yakni peristiwa Isra Mi’raj yang hanya dialami oleh Nabi Muhammad SAW.
Berikut adalah enam fakta yang perlu diketahui mengenai peristiwa Isra Mi’raj.
Perjalanan Fisik?
Seluruh perjalanan Isra Mi’raj terjadi bukan hanya spiritual, melainkan adalah perjalanan fisik sebagaimana telah dibuktikan dalam Al-Qur’an dan dari banyak hadits.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Isra: 1)
Dari ayat ini, kita sampai pada kesimpulan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan Isra yaitu perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan Mi’raj yaitu naik dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha dengan tubuh fisiknya. Dan dengan kekuatan besar Allah, Nabi Muhammad dapat menyelesaikan perjalanan ini dalam rentang waktu yang sangat singkat.
Al-Isra ‘
Isra ‘ atau perjalanan malam, sebuah perjalanan horizontal, yang merupakan perjalanan Nabi dari Masjid al Haraam ke Masjid al Aqsa. Ini adalah perjalanan yang dengan jelas direferensikan dalam Al Qur’an, dalam ayat-ayat yang dikutip di atas.
Al-Mi’raj
Mi’raj secara bahasa adalah suatu alat yang dipakai untuk naik. Adapun secara istilah, Mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan oleh Nabi untuk naik dari bumi (Baitul Maqdis) menuju ke atas langit (Sidratul Muntaha).
Baitul Ma’mur
Ketika Nabi naik ke langit ketujuh, dia bertemu Nabi Ibrahim as. Nabi melihat Ibrahim menghadap Baitul Ma’mur . Setiap hari 70.000 malaikat pergi ke sana; lalu keluar, dan tidak pernah kembali. Esoknya, 70.000 malaikat lainnya pergi, keluar, dan tidak pernah kembali. Ini akan berlanjut sampai hari kiamat.
Sidratul Muntaha
Sidra, atau pohon Bidara, dalam bahasa Arab klasik juga merupakan metafora untuk menyebut ‘intelektual.’ Hingga seperti yang kita lihat dalam perjalanan ini, banyak dari apa yang ia alami dalam fisik memiliki dimensi metaforis ketika Nabi secara fisik melampaui titik yang dapat dipahami oleh akal manusia; sebuah titik yang khusus disediakan untuk Nabi untuk bertemu dengan Tuhannya.
Nabi mengunjungi surga dan neraka, bertemu para Nabi terdahulu, para malaikat (Hur ul ‘ain), dan bertemu dengan Allah SWT. Sidratul Muntaha adalah pohon yang sangat besar. Lalu Nabi naik ke tempat di luar tujuh langit; Dia memasuki Surga.
Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,(yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS An-Najm 13-18)
Perintah Shalat Lima Waktu
Nabi Muhammad telah diberikan ‘oleh-oleh’ ketika Mi’raj yakni shalat lima waktu bagi Umat-Nya. Dan hal ini telah dibuktikan dalam sejumlah Hadits.
Shalat lima waktu adalah ibadah yang paling utama. Ketika Muslim ke akhirat, maka shalat akan menjadi yang pertama kali ditanyakan. Shalat adalah titik vital yang menentukan perbedaan antara Muslim dan non-Muslim. Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan tidak bisa ditiggalkan dalam kondisi apapun
Nabi Muhammad telah bertemu dengan Allah dan itu membuatnya menjadi manusia yang unik dan terbesar yang pernah hidup di alam semesta. Dia telah dimuliakan dibawa ke langit, galaksi dan semua ruang super yang bahkan teknologi paling canggih kita pasti akan gagal menemukan jalan di atasnya.
Imam Ali bin Abi Thalib berkata:
“Allah menciptakan Singgasana untuk menunjukkan Kekuatan-Nya dan tidak menganggapnya sebagai tempat bagi-Nya.” []
SUMBER: AMUSLIMA , ABOUTISLAM