Ole : Fadh Ahmad Arifan
fadh_sotoy@yahoo.com
BERTEPATAN dengan musim penerimaan peserta didik baru (PPDB), para orang tua berjibaku dalam mencarikan lembaga pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Para orang tua terbagi dalam tiga tipologi. Pertama, ingin mengirim anak ke sekolah formal. Kedua, ingin anak menempuh pendidikan alternatif (Home schooling) dan yang terakhir ingin anaknya mondok.
Ada tiga alasan mengapa orang tua yang ingin anaknya mondok ke pesantren: Pertama, ingin membentengi anak dari pengaruh negatif pergaulan bebas. Kedua, berharap sang anak menjadi ustadz (ahli agama) dan Ketiga, terkendala biaya.
Harus saya akui, biaya menuntut ilmu di pesantren adalah paling murah dibanding lembaga pendidikan apapun.
Di Indonesia terdapat beragam pesantren. Mulai dari milik pribadi, berbasis wakaf hingga yang dibawah naungan ormas Keagamaan. Secara garis besar, pesantren terbanyak di miliki warga Nahliyin. Kemudian ormas Hidayatullah dan Persyarikatan Muhammadiyah. Khusus Muhammadiyah, organisasi ini cukup berpengalaman mengembangkan lembaga pendidikan formal, akan tetapi belum teruji ketika mengembangkan pesantren.
Dari segi fokus dan misi utama, ada pesantren yang berfokus penguasaan bahasa arab, ushul fikih, ilmu tasawuf, hafalan Quran hingga yang memiliki misi menyembuhkan pecandu narkotika dan mendampingi kaum lanjut usia. Orang tua perlu memperhatikan enam hal berikut ketika akan memondokkan anak :
1) Kemauan anak
Zaman sekarang ada baiknya orang tua mengajak dialog perihal memondokkan anak. Jangan bersikap otoriter! apalagi tidak memberi hak mengutarakan pendapat. Biarlah keinginan mondok itu berasal dari inisiatifnya sendiri. la memaksa anak untuk mondok ke sebuah pesantren, bisa dipastikan anak tidak betah. Ia tidak bergairah belajar dan membuat pelanggaran berat supaya dikeluarkan dari pesantren. Orang tua akan direpotkan kembali dengan mencari lembaga pendidikan yang diakibatkan ulah sang anak.
2) Bukan Pesantren Menyesatkan
Tidak menutup kemungkinan di Indonesia terdapat pesantren yang menyesatkan santrinya. Mengajarkan ilmu kekebalan tubuh dan doktrin menyimpang, contohnya : membolehkan tidak sholat jumat, membolehkan nikah beda agama, mengkultuskan Ali bin abi thalib, sholat fardhu dengan dua bahasa, menganggap najis orang di luar pesantrennya hingga mengajarkan santri dan alumninya supaya memilih pemimpin kafir dalam pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden.
3) Ada Kyainya
Mencari ustadz (guru) dan santri itu mudah. Yang susah pada zaman sekarang adalah mencari kyai yang militan mengembangkan pesantren. Tidak bisa disebut pesantren jika tidak ada kyainya. Pada zaman sekarang, kyai yang dibutuhkan adalah kyai yang mampu memberi makan umat dan punya leadership yang bagus. Kita tidak butuh “kyai proposal” apalagi “Kyai Amplop” yang masih memusingkan urusan finansial. Kyai seperti ini tidak punya marwah dan tidak bisa fokus 24 jam mendampingi santri-santrinya.
4) Fasilitas layak
Sahabat saya, Gus Helmi Mawali, M. Ag berkata, “Mondok itu melatih olah rasa, olah jiwa dan pola hidup sederhana”. Harus menerima apapun kondisi fasilitas pesantrennya. Namun, untuk anak zaman sekarang terutama dari perkotaan, yang dilihat kelayakan fasilitas. Kebersihan kamar mandi, kamar yang layak huni, fasilitas kerajinan tangan (kaligrafi, menenun, menjahit dan sebagainya), dan fasilitas Multimedia dalam menyokong proses pembelajaran.
Maka dari itu, berkaca dari pengalaman Dr. Muhammad Ali Anwar (Dosen IAI Pangeran Diponegoro, Nganjuk), “Pesantren perlu membuat fasilitas didalamnya lebih baik dari fasilitas yang sebelumnya dirasakan santri di rumahnya”. Tujuannya adalah supaya santri merasa nyaman di dalam lingkungan pesantren dan tidak gampang mengajukan izin pulang ke rumah.
5) Kajian Kitab Turats
Selain pentingnya keberadaan kyai, ada satu lagi yang perlu dimiliki pesantren, yakni kajian kitab turats. Tanpa adanya aktivitas tersebut, santri-santri tidak akan merasakan nuansa atau atmosfer pesantren. Santri bakal banyak menganggur dan tidak mendapat ilmu agama dari sumber yang terpercaya. Tidak mungkin santri hanya disuruh membaca buku terjemahan ulama apalagi buku-buku karangan Orientalis. Bagaimana jadinya bila nanti ia mengamalkan ilmunya di tengah masyarakat bila tidak pernah mengkaji kitab Turats?
6) Punya Ciri khas
Ciri khas yang dimiliki sebuah pesantren akan membuatnya mudah dikenal masyatakat dan punya daya jual. Misalnya Pesantren sidogiri Pasuruan dikenal dengan kekuatan finansialnya melalui BMT sidogiri. Pesantren modern Gontor melalui penguasaan percakapan bahasa asing. Saat ini Pondok pesantren tak hanya mengajarkan agama, tapi juga ilmu bisnis. Sebagian lagi menjadi pelopor pemberdayaan bagi masyarakat sekitarnya. Bisa dikatakan Pesantren sudah mulai menjalankan fikih sosial di tengah masyarakat.
Ada kecenderungan di lapangan menunjukkan tren pergeseran dari yang salaf ke khalaf. Sebagian besar pesantren di berbagai daerah telah mengembangkan kelembagaannya dengan membuka sistem madrasah, sekolah umum, Universitas dan di antaranya ada yang membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan, seperti bidang pertanian, peternakan, teknik, dan sebagainya (Lihat Majalah TEMPO, “Seribu Wajah Pesantren” Edisi 21-27 September 2010).
Demikian enam hal yang perlu diperhatikan para orangtua sebelum mengirim anak-anaknya ke pesantren. Sekali lagi, jangan bersikap otoriter dan asal-asalan memilih pesantren. Wallahu’allam. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.