SURAT Al-Fatihah merupakan surat pembuka dalam Alquran. Terdiri dari 7 ayat, surat Al-Fatihah memiliki banyak nama lain, di antaranya Ummul-Kitab, Ummul-Quran, as-Sab’ul Matsani, Asy-Syifa, atau Ar-Ruqyah.
Surah Al-Fatihah merupakan surat pertama yang dibaca seseorang dalam setiap rakaat shalat. Terdapat perbedaan pendapat tentang di mana turunnya Surah al Fatihah. Pendapat umum, surah ini tergolong surah Makkiyah atau yang turun di Makkah. Namun, ada pula pendapat lain bahwa surah ini turun di Madinah (Madaniyyah). Pendapat ketiga, surah al Fatihah turun dua kali, di Makkah dan Madinah.
Surat Al-Fatihah mempunyai keistimewaan atau kandungan pokok yang tidak dimiliki oleh surat lain di dalam Alquran. Berikut penjelasannya:
BACA JUGA: Masbuk Tidak Baca Al-Fatihah, Bagaimana?
1. Surah ini mengandung tiga macam tauhid:
Tauhid rububiyyah (pengesaan dalam perbuatan Allah) diambil dari ayat “Rabbil ‘aalamiin”, berarti Allah adalah Rabb satu-satunya yang mengatur jagat raya ini.
Tauhid uluhiyyah (pengesaaan ibadah hanya untuk Allah) diambil dari ayat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”, berarti kita hanya beribadah dan meminta tolong kepada Allah.
Tauhid asma’ wa shifat, yakni pengesaan bahwa Allah satu-satunya yang memiliki nama dan sifat yang sempurna tanpa melakukan takthil (menolak sifat Allah), tamtsil (menyerupakan dengan makhluk), tasbih (menyerupakan dengan sifat makhluk). Kesemuanya telah ditunjukkan dengan lafaz “alhamdu lillah”.
2. Surah ini menetapkan adanya kenabian pada ayat “ihdinaash shiroothol mustaqiim” (tunjukilah kami ke jalan yang lurus) karena hal tersebut tidak akan bisa tercapai tanpa adanya rasul yang diutus.
3. Adanya penetapan balasan terhadap amalan yang dikerjakan seperti yang tertera dalam ayat “maaliki yaumiddiin” (Yang menguasai hari pembalasan). Balasan tersebut tentu berlaku adil. Makna ad-diin adalah memberikan balasan dengan adil.
4. Surah ini menetapkan adanya takdir dan seorang hamba itu pelaku sebenarnya, tidak seperti yang diyakini Qadariyyah (yang menolak takdir) dan Jabariyyah (menyatakan manusia dipaksa oleh takdir).
BACA JUGA: Surat Al-Fatihah sebagai Bacaan Ruqyah
5. Surah ini membantah seluruh ahli bid’ah yang sesat yakni pada ayat “ihdinaash shiroothol mustaqiim” (tunjukilah kami ke jalan yang lurus), yaitu jalannya orang yang mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. Setiap ahli bid’ah menyelisihi ini.
6. Surah ini mengajarkan memurnikan (mengikhlaskan) ibadah dan meminta tolong hanya kepada Allah sebagaimana tertera dalam ayat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. (Lihat Tafsir As-Sa’di, hlm. 26).
Walhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin. []
SUMBER: RUMAYSHO
Referensi: Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.